Kehilangan Hal Kecil

Standard

Hari ini rumah nenek saya dibersihkan secara besar-besaran, sesuatu yang cukup menjadi tradisi di saat bulan Ramadan. Sekalian, tahun ini kami juga mengecat ulang tembok, karena warna putihnya sudah memudar. Khusus tembok, saya sudah minta om yang mengecat untuk membiarkan satu bagian tetap sebagaimana adanya, karena di situ ada kenangan kecil tersimpan: ukuran tinggi badan keponakan saya Omar, dari dia mulai bisa berdiri sampai sekarang di usianya yang sebelas tahun.

Sayangnya, meski sudah diingatkan, om saya masih lupa. Jadilah catatan di tembok itu hilang, lenyap dalam sekejap dan tentu saja tidak bisa diselamatkan kembali. Saya merasakan kekosongan di hati yang cukup mengganggu.

Saya adalah orang yang suka menyimpan kenangan. Dari saya kecil sampai remaja, saya selalu menulis di buku harian. Selanjutnya, ketika hidup mulai sibuk dan menulis sudah tidak ada lagi waktunya, saya tetap menyimpan kenangan di dalam kotak sepatu. Benda-benda yang memiliki cerita saya kumpulkan di situ. Sesekali saya tengok untuk mengingat masa-masa yang sudah lewat.

Tapi, kenangan akan catatan tinggi badan Omar ini tidak bisa dilihat kembali. Padahal, ketika nanti dia sudah dewasa, melihat dia pernah sekecil dan sependek itu, akan membawa cerita sendiri.

Ah, entah kenapa, menjelang usia 40, saya makin mudah terharu kalo bicara tentang masa lalu. Rasanya, saya memang sudah tua sekali. Kalian gitu juga nggak?

Leave a comment