Dini Budiayu: So Be It. Ya Udah Terima Aja.

Standard

Pernah nggak sih kalian sayang banget sama seseorang, tapi seiring berjalannya waktu ternyata kalian menyadari kalo orang yang disayang ini sebenernya cuma bikin kalian ngerasa terluka dan menderita? Sekian lama bertahan sama dia cuma sekedar karena perasaan familiar aja, padahal mungkin… buat dia ya kalian tuh nggak yang berarti berarti banget.

Continue reading

The Sperms: Ngajak Ajojing Bareng Italy

Standard

Gais! (ini gue ngomong ke personel The Sperms ceritanya)

Bisa nggak sih kalian tuh jangan bikin single melulu. Harusnya sesuai sama nama band dong, keluarin semua. Satu album. Biar puas. Biar nggak abis nih kosakata saya kepake buat bikin esai nge-review lagu kalian yang rilisnya satu-satu. Ahaha.

Bukan apa-apa. Dulu pas Summer Rocking Darling tayang perdana di YouTube, saya pikir ini bakal jadi pemanasan sebelum menggarap album kedua ye kaaan. Eh taunya, Ochan sang bassist pindah pulau. Oke lah, saya paham kenapa akhirnya kembali menetaskan single Bomb of Silence. Mungkin biar rekamannya juga lebih gampang, Ochan cukup take untuk satu lagu, kirim ke Balikpapan, diracik di Kota Minyak, kelar. Apalagi masih pandemi juga. Cuma kenapa abis itu jadi hobi bikin single lagi? Keterusan weh! (Saya sempat ketemuan sama Ochan dan keluarganya di Semarang btw. Terima kasih sudah diajak keliling kota dan makan enak-enak!)

Continue reading

Best Concerts of My Life: Westlife and Greenday!

Standard

Dan terjadi lagi…

Saya punya komitmen dalam menulis di blog. Tiap bulan, harus ada minimal satu tulisan. April 2021, untuk pertama kali dalam 11 tahun saya memiliki blog ini, saya lupa! Saya masih inget gimana perasaan saat itu. Merasa “kok bisa sih?” sampe rasanya pengen jedotin kepala sendiri. Si agak perfeksionis emang. Lalu, 1 tahun 5 bulan kemudian, saya kembali lupa! September 2022 kosong tak ada tulisan. Tapi, kali ini saya sadar betul kenapa sampe nggak inget. Bulan lalu, saya sangat terserap oleh kesibukan kirim-kirim proposal sponsor untuk terbang ke Qatar. Alhamdulillaah saya terpilih jadi 1 dari 5,000 relawan internasional yang akan kerja di turnamen sepakbola terbesar di dunia: Piala Dunia FIFA! Ini ceritanya nanti aja; terpisah, spesial, khusus.

Continue reading

Dini Budiayu: Something to You. Jangan Didenger Nanti Insekyur.

Standard

Nggak sengaja menatap ke sudut kanan bawah laptop. Dan saya melihat deretan angka. 31/12/2021. Sudah akhir tahun. Di luar mendung. Pantas saja warna di apartemen tidak secerah biasa. Sendu. Sepi. Aura yang, sejujurnya, saya nikmati. Ada ketenangan menyenangkan yang saya rasa ketika sendirian, di dalam ruang kecil, ditemani cuaca berlangit kelabu.

Sebelum 2022 datang, mendadak saya merasa perlu menulis tentang lagu yang saat ini sayup-sayup terdengar sebagai lantunan yang melatari saya dan pikiran-pikiran yang lalu lalang. Something to You, dari Dini Budiayu. Entah single dia yang ke berapa sejak album Sometimes Bitter is Sweeter to Taste dirilis hampir 10 tahun lalu.

Continue reading

The Sperms: Bomb of Silence. Pandemic Just Doesn’t Stop Them.

Standard

Satu hari di bulan November 2019, menjadi momen di mana The Sperms mulai dikenalkan ke publik lewat Instagram stories drummer mereka yang menyajikan potongan-potongan latihan band asal Balikpapan ini. Sampai kemudian di awal pandemi single Menghilang muncul sebagai lagu perdana mereka, diikuti rilisnya album Silent Answers di musim panas 2020 (yang mana beberapa lagunya wara-wiri nangkring di klasemen 3 besar DCDC Djarum Coklat dan masuk kompilasi Revolt-o-Rama volume 2). Disambung Summer Rocking Darling, kini dua tahun sudah The Sperms eksis dalam kondisi pandemi, yang ternyata nggak bikin band ini stop produksi materi lagu. 2 minggu lalu mereka kembali menelurkan satu single berjudul Bomb of Silence.

Continue reading

The Sperms: Summer Rocking Darling. Single Terbaru Setelah EP Perdana Silent Answers.

Standard

Assalammualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Barusan nengok kalender dan wow seketika saya diterjang panik karena selama November belum ada nulis apa-apa di blog. Demi supaya anaknya tetap bisa konsisten minimal satu tulisan per bulan, akhirnya ngubek-ngubek draft dan memutuskan untuk ngebahas The Sperms lagi.

Inget gak, di awal pandemi Covid19, yaitu sekitar Maret 2020, saya pernah mengulas satu single yang dimuncratin oleh band punk asal Balikpapan bernama The Sperms? Oh gak inget? Oh gak tau? Ya udah, kalian bisa baca review saya tentang lagu Menghilang di sini. Nah, kurang lebih 2.5 bulan sejak single debut mereka rilis, The Sperms trus ngeluarin Extended Play (EP) berjudul Silent Answers yang memuat 6 lagu termasuk Menghilang itu sendiri.

Continue reading

Aku, Budhy, dan Band Bernama Kelasik

Standard

Tempo hari waktu saya beberes kamar, saya menemukan satu kotak yang isinya memorabilia dari jaman saya remaja dulu; belasan tahun lalu lah. Salah satunya adalah stiker dari band indie bernama Kelasik. Kalo kalian tau mereka, kemungkinan kalian dan saya sama, demen dateng ke pensi atau gigs di Jakarta dari jam pertama buka.

Kelasik ini soalnya bukan band yang masuk jajaran main malem. Nggak sebanding dengan The Adams, The Upstairs, Club Eighties, Goodnight Electric, atau The Brandals di masanya. Kelasik, cuma band penggembira, band yang ngisi waktu sampe bintang tamu utama tampil. Tapi saya dan adik saya, Budhy, suka mereka.

Continue reading

The Sperms: Menghilang. Debut Single dari Band Punk Asal Balikpapan.

Standard

Kalo ibarat laci meja belajar, kategori “Buku Film Musik” di blog Terong Gemuk tuh semacam laci yang udah gak dibuka bertahun-tahun, gak ditengok lagi, terlupakan. Isinya catatan-catatan yang pas ditulis terasa akan jadi semacam masterpiece, tapi ternyata tidak seperti itu. Kecuali satu sih, ulasan album “Pulih”-nya Superego yang ditulis oleh Ade Fitrian. Gak saya sertakan link-nya, nanti saya gak pede kalo kalian baca. Saya udah nekat sok-sok nulis tentang musik lagi, eh malah kalian banding-bandingin. Jelas saya kalah kelas, kalah keren.

Saya emang gak se-pede itu ngupas ((ngupas~~)) tentang tiga hal berikut terlepas dari saya hobi banget baca, sering nonton film, dan selalu mendengarkan musik di perjalanan pulang pergi kantor. Terakhir bahas buku udah lebih dari 3 tahun lalu, kumpulan kutipan dari novel “Me Before You”. Gak berbobot (isi tulisan saya, bukan novelnya). Terakhir bahas film jamannya “Dilan 1990”. Norak (review saya yang norak, bukan Dilan-nya; Iqbaal CJR Dilan mah gemes). Lalu terakhir bahas musik, waktu drummer Superego minta diwawancara seputar rekomendasi band-band Kalimantan Timur. Asli, sok asik banget saya di sana.

Continue reading

Film “Dilan 1990”: Gombalnya Berat, Kamu Nggak Akan Kuat [Spoiler]

Standard

Hari ketika Iqbaal CJR diumumkan bakal memerankan Dilan, linimasa saya lumayan rame. Mereka yang udah baca buku Dilan sampe nomer ke-3 merasa pencitraan Iqbaal yang anak boyband dan muka manis, nggak cocok jadi panglima tempur geng motor. Saya pada saat itu rasanya pengen bikin tulisan untuk “melawan” pendapat tersebut. Mereka yang bilang Iqbaal terlalu kalem mungkin ya cuma menilai dari status anggota grup vokal CJR yang melekat, tapi nggak pernah ngikutin perjalanan aktingnya.

Kebetulan selain sama Justin Bieber, saya juga demen sama si bocah satu ini, Iqbaal Dhiafakhri Ramadhan. Diam-diam tante mengidolakan, dek!

Continue reading

Superego Bicara Single Baru dan Rekomendasi Band Kalimantan Timur

Standard

Membeli Udara.

Adalah judul single terbaru band asal Balikpapan, Superego, yang rilis 20 September 2017. Lewat aplikasi Rottentank (wadah untuk mendengar lagu-lagu berlabel indie di Asia Tenggara) yang tersedia di App Store dan Play Store, penikmat musik silakan sedot gratis karya terbaru Superego yang diharapkan bisa menyaingi album teranyar Noah yang rilis di minggu yang sama.

Continue reading