Nggak sengaja menatap ke sudut kanan bawah laptop. Dan saya melihat deretan angka. 31/12/2021. Sudah akhir tahun. Di luar mendung. Pantas saja warna di apartemen tidak secerah biasa. Sendu. Sepi. Aura yang, sejujurnya, saya nikmati. Ada ketenangan menyenangkan yang saya rasa ketika sendirian, di dalam ruang kecil, ditemani cuaca berlangit kelabu.
Sebelum 2022 datang, mendadak saya merasa perlu menulis tentang lagu yang saat ini sayup-sayup terdengar sebagai lantunan yang melatari saya dan pikiran-pikiran yang lalu lalang. Something to You, dari Dini Budiayu. Entah single dia yang ke berapa sejak album Sometimes Bitter is Sweeter to Taste dirilis hampir 10 tahun lalu.
Bermula dari satu pesan WhatsApp, Sabtu pagi di penghujung Oktober.
Do you understand when I say, “Do I mean something to you?”
Dini melanjut percakapan dengan bilang kalau dia akan membuat lagu berdasarkan kisah kawannya di Australia. Selama lebih dari satu dekade berteman dengan Dini, ini biasa terjadi. Saya selalu dapat kesempatan untuk tau karya-karya dia selanjutnya. Lirik yang sudah dia punya saat itu:
And I don’t wanna let you go because it feels like home. But do I mean something to you?
Dua kalimat sederhana yang mampu membuat kita sejenak diam membatu. Kita, yang memiliki seseorang dalam hidup. Seseorang yang menjadi tempat pulang. Tempat pulang karena nyaman, meski dalam suasana hati penuh kekacaubalauan. Tapi selalu ada keraguan, selalu ada pertanyaan. Do I matter? Terutama tentu, ketika hubungan itu berakhir tapi di lubuk hati terdalam kita tau, it’s never off the table… Beberapa hari kemudian Dini mengirim lirik lengkapnya ke saya. Saya baca, nggak saya balas. Terlalu mengena di hati, padahal kenal dengan si sumber inspirasi aja pun tidak.
Oktober berganti November. Dini minta saya mendengarkan musik untuk lagu baru tersebut. Mood-nya dapet, tapi masih terdengar monoton. Nanti drum masuk di tengah, trus suara gue berlapis, katanya. I don’t speak music, tapi saya yakin hasil jadinya bakal bagus banget, apalagi ditukangi Fiqih Anggoro yang memang seorang music director/producer handal. Lalu, Desember menjelang akhir tahun, 2 hari sebelum resmi rilis di Spotify, Dini memperdengarkan Something to You ke saya, di mobil Brio-nya dalam perjalanan menuju Pondok Indah Mall.
Saya ingat, saya cuma diam sambil menatap jalanan. I have been rereading the words of the song since the first time she sent them to me. Dan ketika semua udah jadi satu lagu, yang bisa saya lakuin cuma membiarkan diri saya terhanyut.
I never not like you. I never not want you. But is it mutual? Is it natural? // Will you be fine when I’m gone? Will you find me when I’m lost? But is it usual? Is it natural? // Every time you wrap your arms around me. I don’t want you to let go because it feels like home. I don’t want to let you go because you feel like home. // Do I mean something, something to you? Does this mean nothing, nothing to you? // I keep wondering if you ever meant all the things you said to me. Wondering if you meant it when you said those words. // Do I mean something?
Insekyur nggak? Semua pertanyaan di lirik ini pasti pernah kita lontarkan baik ke diri sendiri ataupun ke dia yang kita punya. Dan ngehenya, kadang walau jawabannya udah yes, it’s mutual atau no, I won’t be fine atau yes, you mean something atau no, it’s not just nothing, tetep aja insekyur! Makanya di awal tulisan saya bilang, saya perlu mengulas lagu ini. Biar apa? Biar pengingat buat kita-kita nih, merasa insekyur emang bisa bikin sepilu itu. Jangan lagi insekyur di 2022 ye!
On a serious note though, Something to You is heartbreaking. The quite dreamlike piano melody fits the lyric well, with the rat tat tat of the drum harnessing the emotion Dini puts in this song, despite the fact that this is based on someone else’s story. Kita diundang untuk ikut memahami momen yang dialami si pemilik cerita lewat alunan yang Dini bawakan di tiap larik.
Dini Budiayu, it’s delightful to see you keep doing what you love. Looking forward to your second album!