Kalo ibarat laci meja belajar, kategori “Buku Film Musik” di blog Terong Gemuk tuh semacam laci yang udah gak dibuka bertahun-tahun, gak ditengok lagi, terlupakan. Isinya catatan-catatan yang pas ditulis terasa akan jadi semacam masterpiece, tapi ternyata tidak seperti itu. Kecuali satu sih, ulasan album “Pulih”-nya Superego yang ditulis oleh Ade Fitrian. Gak saya sertakan link-nya, nanti saya gak pede kalo kalian baca. Saya udah nekat sok-sok nulis tentang musik lagi, eh malah kalian banding-bandingin. Jelas saya kalah kelas, kalah keren.
Saya emang gak se-pede itu ngupas ((ngupas~~)) tentang tiga hal berikut terlepas dari saya hobi banget baca, sering nonton film, dan selalu mendengarkan musik di perjalanan pulang pergi kantor. Terakhir bahas buku udah lebih dari 3 tahun lalu, kumpulan kutipan dari novel “Me Before You”. Gak berbobot (isi tulisan saya, bukan novelnya). Terakhir bahas film jamannya “Dilan 1990”. Norak (review saya yang norak, bukan Dilan-nya; Iqbaal CJR Dilan mah gemes). Lalu terakhir bahas musik, waktu drummer Superego minta diwawancara seputar rekomendasi band-band Kalimantan Timur. Asli, sok asik banget saya di sana.
Lagian, berani-beraninya ngobrol musik padahal lu aja gak ada musikal-musikalnya. Heyyy, tolong ya, belasan tahun lalu saya ini pernah jadi penggebuk drum di band cewek bernama Captain O. Meski lagu yang kami bisa mainin cuma dua yaitu “I’m Afraid of Britney Spears”-nya Live on Release dan “Surat Cinta”-nya Vina Panduwinata, tapi mayan sukses manggung di perpisahan sekolah dan acara musik Universitas Negeri Jakarta.
Anyway, inget nama yang saya sebut di atas? Siapa? Dilan? Britney Spears? Vina Panduwinata? Bukan elah! Ade Fitrian? Iya dia. Panggilannya Dede, nama panggungnya Dede Rukka; ada juga yang manggil “Haji” karena dia memang sudah pernah menunaikan perkara nomor lima di rukun Islam. Kalo bukan karena saya menantikan karya dia sebagai musisi, mungkin saya gak bakal nge-posting berbau musik lagi. Saya kenal sosok ini gara-gara Rendy Asra si drummer Superego pengen banget albumnya di-review sama Dede. Rendy Asra memang mengidolakan Dede betul. Sampe ngotot Dede harus ada di salah satu video klip Superego, padahal udah jelas anaknya ketika itu sedang mengharamkan musik. Pas saya liat dia di video klip “Galia”, bener aja kan, nongol cuma sedetik tapi muka masamnya itu nyata jelas banget. AHAHA.
Singkat cerita di 2016, Dede ngasih ulasan “Pulih”, Rendy Asra minta tulisan Dede naik di blog Terong Gemuk, lalu secara bersamaan saya dikenalin Dede sama Anarpot, band dia yang entah keberapa karena menurut desas-desus dia emang punya banyak proyekan band gitu dah. Saya langsung suka banget sama Anarpot, bahkan mengklaim kalo Anarpot adalah band indie favorit saya (“Good Side” udah semacam lagu kebangsaan untuk saya), bersanding dengan The Adams dan Efek Rumah Kaca. Eh, gak taunya, Anarpot itu udah bubar, sisa lagu-lagunya doang. Yha kesel! Rendy Asra sempat nyeletuk, “Kalo kamu nge-fans Anarpot berarti kamu ya nge-fans Dede, itu kan suara dia, lirik dia.” Lho lho! Beraninya dia ngatur saya ini Anarpothead atau Dedeholic.
Setahun kemudian, Dede menelurkan ((menelurkan~~)) satu single berjudul “The Singer”. Dia sempat mengirim pesan ke saya, minta tolong supaya press release “The Singer” diterbitkan di Terong Gemuk. Saya yang saat itu lagi jadi relawan Piala Konfederasi Rusia 2017, sedang sibuk-sibuknya kerja di stadion, menyanggupi posting sekembalinya dari Negeri Beruang Merah. Tapi mungkin karena kelamaan di Rusia, press release “The Singer” malah muncul di portal Bicara Musik yang menurut saya justru lebih pas segmennya. Lah Terong Gemuk apaan, cuma blog isi pamer jalan-jalan doang. #eak
Di penghujung 2019 dari linimasa Instagram, kelihatannya Dede lagi serius latihan bareng band yang namanya cukup edan: The Sperms. Adalah Wicky, drummer The Sperms yang secara rutin pasang stories atau posts tentang kegiatan mereka di Instagram pribadi. Awal-awal sih, latihannya masih bawain lagu orang. Kemudian dari IGTV Wicky, nampaknya “Purge” menjadi lagu milik sendiri yang mereka kulik pertama di studio. Saya, yang diam-diam bersemangat karena Dede bakal ada karya baru, belum terkesan dan itu bukan tanpa alasan.
Selain di Anarpot, saya juga suka banget suara Dede di “The Singer”, Tiny Tutu (di sini Dede nyanyi bareng Ish, istrinya), dan beberapa lagu dia di SoundCloud seperti “Prosa Mesra Penyendiri”, “Voteless”, dan “Sleeping Astronaut”. Lembut, bertenaga, karakter suara dia juga khas (I call it suave; charming, confident, elegant). Perumpamaannya nih, saya kalo liat Justin Bieber tuh deg-degan, denger dia nyanyi ya suka tapi biasa. Saya dipeluk, dirangkul, dan main bola bareng Teddy Sheringham (eh ini beneran terjadi lho), deg-degan! Liat dia nyetak gol, seneng tapi ya biasa. Kalo Dede, liat orangnya biasa aja, denger dia nyanyi, wagilasih. Bagus banget! Tapi berhubung The Sperms ini alirannya punk, dan otomatis gak ada lembut-lembutnya cuma bertenaga doang, saya kayak yang… ya udah lah ya Anarpot kayaknya emang gak bakal ada album reuni.
When God gives you lemons, make lemonade. When Dede gives you The Sperms, I guess it’s time to move on from Anarpot.
Barulah ketika The Sperms mengenalkan “Menghilang” lewat video latihan mereka, saya langsung terpesona. Padahal mainnya juga masih belum mulus, tapi ini lagu… KOK ENAK? Punk-nya kok nyenengin? Kok asik didengerin sampe diulang-ulang? Maka, para pembaca saya yang masih setia mantengin sampe sejauh ini (sampe hampir 800 kata tapi saya belum juga masuk ke topik utama), begitu The Sperms akhirnya mengumumkan kalo “Menghilang” bakal rilis 30 Maret 2020 di Spotify dan Apple Music, saya girang. Udah lama banget nunggu weyyy, dua bulan lebih. Dan lebih girang lagi karena lagu tersebut ternyata udah rilis di BandCamp. HARI. INI. JUGA!
Saya sontak mengunjungi BandCamp buat dengerin. Ketika ibu jari ini menyentuh tombol play di layar hape dan melihat lambang muter-muter tanda loading, itu rasanya kayak lagi naik perahu Niagara di Dufan yang nanjak ke puncak. I know this will be a song I love, but still, I’m nervous! Dan sodara-sodara, langsung eargasm terasa mulai dari detik ke-5! Kelar sekali putar, saya spontan nyebut “Anjrit ini lagu bagus banget sih! Brengsek!” sambil sumringah.
(Btw, kalian kalo udah bosen sama ocehan saya, mending langsung ke https://thesperms.bandcamp.com/releases deh. Trus setel, capture, bagiin di Instagram story, dan mention @TheSpermsPunk juga. Silakan di-follow, jangan kayak saya yang follow kagak, cuma stalking doang. AHAHA!)
Sekarang, langsung aja ya saya bahas “Menghilang”-nya The Sperms secara lebih mendalam. Mudah-mudahan saya gak terdengar sotoy. Harap maklum, inget, saya ini cuma guru Bahasa Inggris, bukan guru mata pelajaran Kesenian.
Oke, mungkin akan menimbulkan kontroversi kalo saya bilang lagu ini bagus banget. Ya elu emang udah suka kan sama suaranya Dede dan dia juga penyiar favorit lu di Onix dulu. Bener, tapi saya juga seorang Belieber garis keras yang gak segan bilang kalo “Believe” (diluncurkan 8 tahun lalu) menjadi album terbaik terakhir Justin Bieber, dan album-album setelahnya gak seimpresif harapan saya. Trus, kenapa sih “Menghilang” bisa asik banget?
Kita mulai dari perkenalan band-nya dulu deh. Menurut hasil penguntitan di akun Instagram @TheSpermsPunk, seperti yang terpampang jelas di nama akun mereka dan juga udah sempet saya sebut sebelumnya, The Sperms mengusung genre punk. Apakah itu punk rock, melodic punk, atau pop punk, saya gak tau. Kapan-kapan saya tanyain. Tapi kalo menilai dari irama musik “Menghilang” yang nyenengin, melodic punk jadi dugaan saya. Berasal dari Balikpapan, Kalimantan Timur, The Sperms banyak dipengaruhi oleh band seperti Hi-Standard, MxPx, Bad Religion, dan lain sebagainya. “Menghilang” merupakan single yang mereka rilis sebagai perkenalan dari Extended Play (EP) berjudul “Silent Answers” yang akan diluncurkan gak lama lagi. Personelnya terdiri dari Dede pada vokal utama dan gitar, Wicky pada drum, Ochan (hai!) pada bas, Rendy -bukan anggota Superego- (hai!) pada gitar, dan nampaknya ada sosok bernama Hardina Anindya (hai!) di balik sebagian besar foto dan video mereka.

Wicky. Dede. Rendy. Ochan.
Ngomongin lirik lagu; kalo dari bait pertama, saya pikir lagu ini berbicara tentang seseorang yang merasa kehilangan dirinya sendiri.
Menghilang, ia menghilang, ia menghilang, hadir sebentar saja. Tanyaku tentang diriku, sanubariku hadir sebentar saja.
Dugaan saya diperkuat oleh barisan kalimat di bait-bait selanjutnya, menceritakan perasaan seseorang yang tadinya mungkin tertekan, penuh kekhawatiran, merasa ada yang salah tapi gak tau apa, namun seiring sejalan jadi lebih bebas, berserah diri, penuh semangat dan optimisme.
Gelisah hilang tak berbekas, bayang-bayang gelap semudah itu lepas. Dari waktu yang sempat lelah berpikir keras… Gembira, aku gembira, aku gembira, dan kini kusadari… Hatiku seakan berpesta, serotonin terpicu bergerak lebih cepat… Dan kupeluk rasa hangat ini erat-erat.
Ada semacam pesan tersirat untuk tetap yakin bahwa ketika kita sedang dalam kebingungan, kita akan selalu bisa menemukan jalan keluar, bahwa segalanya akan normal seperti biasa, dan kesulitan itu tidak abadi. Jiah dia mulai sok tau!
Ke mana angin berhembus pasti akan kembali… Yang susah biarlah susah di balik susah tersembunyi yang mudah.
Lagu “Menghilang”-nya The Sperms juga memiliki beberapa detail menarik. Untuk harmoni; vokal Dede, petikan gitar Dede dan Rendy, betotan bas Ochan, dan hentakan drum Wicky terdengar klop banget. Gak ada yang balapan atau menonjol sendirian. Intinya, The Sperms memulai debut lewat single “Menghilang” yang musiknya berpadu selaras, dengan energi yang seimbang di tiap personelnya. #sedap
Dari awal, kita udah bisa denger instrumen musik mereka nge-blend dengan baik. Bahkan bas Ochan pun kentara di detik 0:03-0:04 (namanya bas ye kan, seringnya mendem). Kelar intro di detik ke-5, nada cerianya dapet banget. Langsung pengen goyang bos. Vokal Dede gak usah dikomentarin lagi lah ya. Lagu makin terasa groovy ketika suara “Huuu-huuu…” Rendy meningkahi sebagai backing vocal dan ada sedikit unsur kejutan dari sorakan “Wuuu!” yang menyergah. Permainan Wicky terdengar mantap meski di detik 0:52-0:53 ketukan drumnya agak janggal di telinga saya. Dan, kalo pengen nikmatin lagi bas-nya Ochan, pasang telinga di menit 1:10-1:15.
DUH ENAK BANGET SIH INI LAGU! Jadi pengen nambah. Kalo kalian anak jaman now, pasti jadi pengen cryyy.
Irama seru, dan nyanyinya juga apa ya sebutannya… rapet gitu alias hampir gak ada jeda, bikin kita macam kesirep ((kesirep~~)) dengerin ampe abis. Riff (bener gak istilahnya?) di menit 1:25 sampai 1:43 jadi jembatan yang menutup ending dengan sip, penuh keyakinan, dan saya cuma bisa bilang…
Selamat ya The Sperms atas single perdana kalian yang nyampe banget ke kuping alias ear catchy! Saya gak sabar nunggu EP “Silent Answers” keluar. Tolong catet nama saya sebagai pemesan pertama, paket lengkap dengan tanda tangan personel asli. Dih kok maksa?
Akhir kata:
If “Menghilang” were sex, then it would be a satisfying quickie session. The 2-minute-1 second song duration, which is
quickiepunk enough, will start with taking clothes off impatiently and intense foreplay. A fast, uninterrupted pace of pushing will follow next, and as soon as you realize you will be done, you stop for a while to take a breath and stare at each other’s eyes. You start again slow and fast and OH YES! Here comes the quick, and gloriouscrotfinish off.
Gokil! Saya nulis artikel apa cerita pendek sih ini? Panjang banget. Kalo dikirim buat esai beasiswa masuk S2 Creative Writing di Manchester kayaknya bakal lulus. Hey tante jangan jumawa anda. Ngomong-ngomong, kalo sampe paragraf terakhir ini kalian belum juga nyetel “Menghilang”, buruan selesaiin baca tulisan saya. Abis itu mampir ke https://thesperms.bandcamp.com/releases, puter, skrinsut, bagiin di Instagram story, dan mention @TheSpermsPunk (terserah dah mau di-follow apa gak, tapi jangan lupa follow saya di @PsychoFat). Pengen nunggu sampe rilis resmi di Spotify dan Apple Music? Boleh. Catet ya, 30 Maret 2020. Semakin banyak yang dengar, semakin tenar, semakin banyak tawaran manggung, dan siapa tau ye kan, The Sperms bisa unjuk gigi ((unjuk gigi~~)) di perhelatan musik besar kelas mancanegara. Aamiin, jangan?
Aamiin dong!
Update! “Menghilang” sudah bisa didengarkan di Spotify dan Apple Music sejak 27 Maret 2020. Check it out!
3 thoughts on “The Sperms: Menghilang. Debut Single dari Band Punk Asal Balikpapan.”