Saya dan Sepatu

Standard

Seorang Mita, yaitu saya, emang udah gemuk dari kecil. Dan menjadi anak kecil bertubuh tambun, tentu ada saja yang meledek. Entah itu anggota keluarga sendiri, atau teman-teman sepermainan, bahkan anak-anak tak dikenal yang secara tidak sengaja berpapasan di jalan.

Untungnya, dari sejak usia beranjak remaja saya sudah menemukan beberapa cara untuk tetap percaya diri meski badan saya subur. Salah satunya, lewat sepatu.

Bermula dari ketika saya kelas 6 SD, keluarga Papa saya yang tinggal di Amerika datang berkunjung ke Indonesia. Oleh-oleh yang dibawakan, selain permen gummy bears, kacang Pistachios, dan coklat Hershey’s, ada sepatu juga. Dua pasang sepatu paling keren yang pernah saya lihat. Satu pasang berwarna putih, biru, hitam, merek LA Gear. Satu pasang berwarna merah dan hijau, merek Converse. Sayangnya, sepatu Converse-nya kekecilan ketika dicoba, jadi dialihkan untuk sepupu saya di Medan. Tidak mengapa sih, masih ada LA Gear yang sedikit kebesaran namun tetap memeluk kaki saya dengan nyaman.

Kurang lebih begini penampakan sepatu LA Gear saya.

Nah, ada yang aneh ketika saya memakai sepatu tersebut. Entah kenapa, tiba-tiba jiwa berontak saya muncul. Padahal kan, saya ketua kelas, dan juga pemimpin upacara, tapi saya nekat datang di hari Senin ke sekolah tanpa memakai sepatu wajib hitam polos yang menjadi aturan. Tanpa rasa takut, pagi itu saya memimpin upacara dengan sepatu baru! Warna putih, biru, hitam, bermodel tinggi menutup mata kaki. Memang sih, selepas upacara saya mendapat teguran, tapi saya nggak menyesal. Saya seperti mendapat kekuatan lain dari memakai sepatu yang saya anggap keren.

Makin ke sini, sepatu menjadi semacam kamuflase untuk badan saya yang gemuk. Saya belajar dari Will di serial TV The Fresh Prince of Bel-Air, sitkom tahun 90an yang cukup tenar. Di situ, Will si tokoh utama selalu memakai sepatu yang saya yakin bukan merek Kasogi, Pro ATT, atau Bata; dan kerap memakai terbalik jas sekolahnya. Ada rasa percaya diri yang mau saya tiru dari dia. Melihat dia petantang petenteng, saya nggak lagi fokus ke muka dia yang nggak ganteng-ganteng amat. Yang ada cuma aura kepercayaan diri. Oke, saya nggak mungkin pake baju sekolah terbalik, tapi saya bisa pastikan sepatu saya keren, supaya saya bisa petantang petenteng. Supaya orang nggak fokus ke badan dan muka saya lagi. (Iya, saya dulu merasa jelek banget secara fisik!) Dan ternyata cara ini cukup berhasil! Tiap kali pake sepatu yang saya banggakan, yang dilirik orang pasti bagian kaki saya terus.

Supra merah dengan ilustrasi permen, beli karena Justin Bieber pake ini juga.

Beli sepatu keren di masa itu bukan perkara gampang sebenarnya. Saya cuma bisa beli sepatu keren murahan dari abang-abang penjual yang buka tenda di pinggir jalan, yang sebelum dipake sepatunya harus dibawa lagi ke tukang sol untuk jahit tambahan biar lebih kuat. Atau, beli sepatu asli yang ada cacatnya. Yah, namanya juga anak sekolahan/kuliahan. Duit jajan nggak seberapa. Apalagi di masa itu abis buat beli majalah bola tiap minggu.

Kalo dipikir-pikir, sejak punya LA Gear, saya memang selalu beli sepatu yang terlihat beda. Entah warnanya yang mentereng, atau modelnya yang nggak biasa, atau bahkan pake jasa sepatu lukis yang bikin sepatu saya satu-satunya yang ada di dunia. Jaman kuliah dulu, andalan saya sepatu skater warna abu-abu. Modelnya gendut, beli di toko skate deket kampus. Pas udah kerja dan punya gaji, pelan-pelan bisa nabung untuk beli sepatu mahalan dikit.

Sekarang sih, saya udah tau cara mempertahankan kepercayaan diri tanpa harus pake sepatu keren. Bahkan, dua tahun lalu saya menghibahkan belasan pasang sepatu yang saya punya ke anak-anak di kampung tempat bokap tinggal; karena saya pikir, saya tidak perlu mereka lagi. Tapi mungkin karena sudah terbiasa, sampe sekarang sepatu yang saya pake tetap harus lain dari yang lain. Ahaha.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s