Sampai Kapan Mau Naturalisasi?

Standard

Judul serius, karena awalnya ambisi mau bahas mendalam; tapi kok tiba-tiba mata sepet banget ya. Ngantuk! Haha. Bahas seadanya aja lah. Kebetulan momennya memang lagi pas juga. Saya rasa seluruh rakyat Indonesia dari yang emang pencinta sepakbola sampai yang bukan, sedang girang-girangnya karena Indonesia masuk 8 besar AFC U-23 Asian Cup Qatar 2024. Setelah berjibaku melawan Qatar, Australia, dan Yordania, Indonesia berakhir di peringkat ke-2 Grup A. Selanjutnya, akan melawan Korea Selatan.

Terlepas dari Shin Tae-yong adalah pelatih handal yang nggak hanya bisa melatih, tapi juga meningkatkan motivasi pemain, isi dari tim nasional Indonesia menjadi sorotan menarik karena banyak sekali pemain naturalisasi di dalamnya. Beberapa merasa kurang Indonesia dan menganggap keberhasilan sejauh ini tidak murni, tapi banyak yang tidak memedulikan itu selama performa tim nasional meningkat dan berpeluang menang tingkat Asia bahkan Piala Dunia.

Saya sendiri, termasuk yang menikmati; meski tetap terbersit pertanyaan, mau sampe kapan memakai pemain naturalisasi? Kayaknya kurang berkelanjutan nggak sih? Apa kita nggak ada cara lain yang bisa memberi hasil konsisten sampai ke tahun-tahun mendatang ketika pemain naturalisasi sekarang udah nggak prima lagi? Mewajibkan Sekolah Sepak Bola memiliki standard pelatihan layaknya liga-liga di Eropa mungkin? Atau perekrutan pemain untuk dilatih di luar negeri sekaligus jadi pemain, dengan catatan nggak cuma sekedar program singkat tapi memang terus-menerus?

Gimana menurut kalian?

Tapi ya udah, sementara itu, puas-puasin deh jadi saksi momen-momen langka macam gini, di mana Indonesia mainnya jauh lebih aksi dan kelas dibanding sebelum banyaknya pemain naturalisasi. Hehe.

Leave a comment