Om Pipin adalah anak terakhir Mami saya. Beliau salah satu orang yang menjadi panutan dalam hidup saya. Diantara anak-anak Mami, Om Pipin ini yang kesuksesannya paling terlihat. Karena saya sejak bayi sudah tinggal di rumah Mami, saya pun tahu Om Pipin meraih sukses seperti sekarang karena segala upaya yang dia lakukan sejak SMP. Mami saya bilang Om saya dari dulu selalu bekerja keras. Om Pipin nggak malu kerja sebagai supir angkot ketika dia SMP, supaya bisa punya sedikit uang. Apalagi Mami saya ditinggal mati suami tercinta ketika anak-anaknya masih usia sekolah. Om saya sering bilang, “Lo kalo kerja jangan mikirin gaji. Pengalaman itu yang penting. Kalo lo anak baru di kantor, trus lo disuruh ini-itu, kerjain aja. Nanti lama-lama lo yang lebih pintar dari mereka yang nyuruh-nyuruh itu. Gaji itu berbanding pengalaman. Kalo lo kerjanya cuma pengen santai tapi gaji gede, susah!! Nggak maju-maju.“

Yah, begitulah cara bicara Om saya kepada keponakannya, ber-elo-gue seakan kami ini temannya. Oh iya, kenapa saya menulis tentang Om Pipin di catatan blog kali ini? Itu karena saya mau berterima kasih atas traktiran beliau tadi malam.

Om saya berulang tahun… saya nggak inget kapan. Sepertinya 3 minggu yang lalu. Di tahun 2010, kami merayakan ulang tahunnya di Pizza Hut dan harapan saya tahun ini juga begitu. Tapi tiap kali ditagih traktiran Om saya selalu menjawab “Nanti.” Entah karena lagi bokek (padahal tadi dia saya puji-puji sukses) atau memang belum tepat waktunya.

Hari Minggu kemarin akhirnya Om saya menjawab tagihan. Dia menelpon dan bertanya mau makan-makan dimana. Langsung deh, saya tetapkan waktu dan tempat, dan saya hubungi semua sepupu untuk hadir dan sekalian mengajak Mama Papa mereka. Saya berasa seperti Ibu Ketua PKK. SMS sana, telpon sini… Maklum, keluarga saya besar di jumlah (kalo saya besar di badan juga), jadi harus berkali-kali konfirmasi deh.

Tepat jam 8 kami semua berkumpul di Pizza Hut Margo City. Pesan pizza ini, minum itu, spaghetti ini, es krim itu. Dan kami pun menikmati hidangan! Sampe perut ini buncit dan kenyang.

Di tengah acara, saya pura-pura pergi beli obat mata. Padahal sih saya ngambil kue Blueberry Cheese cake sebagai kue hadiah ulang tahun dari para keponakan. Kami pun bernyayi bersama saat saya datang membawa kue dengan lilin-lilin menyala di atasnya.

Di penghujung acara, masing-masing dari kami merapat dan saling memanjatkan doa. Dari Tante Andri sang istri, Om Pipin mendapat doa semoga menjadi Ayah yang soleh (Amiiinn…). Dari anak-anaknya semoga Om Pipin nggak genit-genit sama cewe (AMIINNNN!!) dan dari kami para keponakan, pastinya semoga Om Pipin makin sukses supaya makan-makannya tetap berlanjut tiap tahun, dan semoga Om Pipin akan nambah mobil satu yang khusus bisa dipake sesuka hati oleh kami para keponakan (AAAMMMMIIINNN…!!!).

Doa Om Pipin sendiri, semoga kami para keponakan tetap kuat hubungannya, yang mapan ingat yang susah, yang susah jangan segan-segan minta tolong sama yang mapan. Ahh… Betapa rendah hatinya Om saya ini, doa dia bukan untuknya tetapi untuk kami para generasi penerus. *eeeaaa*

Sekali lagi, selamat ulang tahun ke 46, Om Pipin!!!!!