Seminggu terakhir ini saya banyak menghabiskan waktu untuk menonton layar lebar. Beberapa kali ditemani suami dan sepupu, dan ada sekali di mana saya hanya duduk sendirian berdampingan dengan orang-orang yang tidak saya kenal. Kegiatan ini lumayan merogoh kocek… Bukan untuk beli tiket tapi malah untuk cemilan. Favorit saya kan caramel popcorn yang harganya 60 ribu satu ember. Berikut laporannya:
5cm. Liat novelnya beberapa tahun yang lalu, entah kenapa gak pernah niat beli. Saya nonton pun karena penyanyi rap idola saya, Saykoji, main di situ. Ceritanya sih umum, persahabatan, tapi menjadi spesial dengan sentuhan nasionalisme. Film ini bikin kita takjub sama indahnya alam Indonesia. Berkisah tentang 5 sahabat yang memanjat puncak Mahameru, mata kita akan puas disuguhi pemandangan pegunungan yang nggak kalah dengan liputan-liputan TV mengenai alam Eropa. Suami saya bahkan membangunkan saya satu malam sesudah nonton dan berkata, “Beb, aku April manjat Mahameru.” Luar biasa pengaruhnya.
The Hobbit. Saya kasih rating kancut aja lah. 3 jam nonton, eh masa gunung yang jadi tujuan mereka masih jauh dan naga incaran mereka baru sampe tahap bangun dari tidur! Astaga keterlaluan! Sudah lama-lama nonton, ternyata bersambung! Saya tidak peduli dengan tampilan animasi yang fantastis! Film ini sungguh membosankan, sampai-sampai saya hampir tertidur dibuatnya. Lebih baik baca novelnya saja.
Silent Hill Revelation. Nonton dengan kacamata 3D adalah pilihan yang salah. Semua jadi terlihat jauh lebih nyata. Film yang diadaptasi dari game ini menyajikan adegan menjijikkan, menyeramkan, menegangkan dan ibu hamil dilarang nonton karena cuma akan bikin calon bayi gelisah resah akibat debaran jantung mamanya. Gara-gara film ini, selama berhari-hari saya tidak bisa membedakan mana mimpi dan kenyataan, persis seperti yang dialami tokoh utama. Saya dihantui mimpi buruk tiap malam, yang semuanya terasa nyata sampai-sampai saya ingat detailnya. Mulai dari mimpi kapal tenggelam (saya lalu terbangun dengan napas sesak) sampai mimpi makan di restoran angker (tepat sehari sebelum saya janjian makan di Sushi Tei dengan Esther). Ngeri.
Habibie dan Ainun. Orang-orang bilang sih filmnya sedih, bikin kita banjir air mata karena kisah cinta mantan Presiden Indonesia dan almarhumah istri beliau begitu menyentuh. Saya pun pergi nonton untuk membuktikan. Dan ya… Air mata menetes… Tapi bukan hanya karena kisah cintanya, melainkan juga rasa bangga menonton liputan asli penerbangan pertama pesawat Gatot Koco bikinan Pak Habibie. Menyaksikan anak bangsa berhasil membuat kapal terbang, sukses melayang di udara dengan dihadiri oleh Pak Soeharto, presiden kita di kala itu. Sayangnya film ini dibuat tanpa bantuan make-up artist yang handal karena muka pemeran Ainun dari dewasa sampai tua nggak ada perubahan.
Sekian catatan pendek saya tentang 4 film yang saya jabanin sepanjang minggu lalu. Nggak spoiler kan?? Enggak dong!