Dear Mister Potato,
Halo Mister! Apa kabar? Kalo saya disini gemuk-gemuk saja. Akhirnya ya, saya memberanikan diri juga untuk nulis ini ke Mister. *salto* Berawal dari twit akun @KartuPos ber-hashtag #InggrisGratis tanggal 1 Mei silam, saya langsung meluncur untuk baca syarat dan ketentuannya. Wow! Tajir banget si Mister mau biayain ke Inggris cuma karena mengarang bebas. *mata belo*
Tapi rupanya, pada saat itu keinginan saya untuk menulis belum sebesar keinginan saya untuk ke #InggrisGratis. Udah kalah sebelum berjuang. Udah berpikiran buruk duluan. Gimana kalo yang ikut lomba adalah para penulis catatan perjalanan profesional? Duh, kalah level saya. Gimana kalo pemenang dipilih berdasarkan urutan di mesin pencari Google? Saya kanย gaptek sama yang begituan. Lewat 2 minggu, iseng-iseng saya memberanikan diri baca beberapa tulisan dan… saya pun makin nggak yakin. Banyak banget yang ngirim lebih dari satu karya. *mengkerut*
Mister, setelah hampir sebulan berlalu, kemarin pagi mendadak ada kekuatan yang bikin saya menengok buku harian jaman sekolah dulu. Kata demi kata yang merangkum kejadian demi kejadian di masa itu, bikin saya teringat akan hal yang pernah menjadi ambisi. Inggris, ternyata merupakan impian saya sejak dulu, Mister! Maka saya pun membulatkan tekad untuk ikutan kompetisi. Mari saya kisahkan… *menarik napas, menghela, mengunyah Mister Potato pedas*
Mister hobi membaca? Saya iya. Enid Blyton adalah pengarang yang bukunya sering dibeli Nenek untuk dihadiahkan ke saya. Saya ingat, saya begitu terserap ke dalam imajinasi, sampai-sampai saya yang masih lugu bilang, “Enak banget ya anak-anak di Inggris, bisa main ke hutan trus ketemu peri serta jembalang.” Sedangkan kita di Indonesia? Yang ada malah ketemu Kolong Wewe! Saya suka berlama-lama menikmati ilustrasi klasik yang menghiasi buku-buku tersebut, dan bermula dari situ lah saya jadi berkhayal masuk ke dalamnya, berpetualang di pedesaan Inggris sana. *menerawang*
Memasuki masa labil, saya mengenal Inggris bukan hanya karena Enid Blyton. Piala Dunia 1998 membuat saya jadi seorang gibol alias gila bola, terutama pada pertandingan Liga Inggris. Usia 13-15 tahun kalo nge-fans patokannya cuma satu: Ganteng. Makanya yang saya idolakan banyak dan ganti-ganti. Percaya nggak percaya, 25 buku tulis abis terisi khayalan saya tentang mereka. Istilah hari gini: Fanfiction. Latar belakang cerita? Di Inggris. Saya bahkan punya identitas baru. OmG!!!! Sumpah menggelikan… Alay banget saya di kala itu.

Demi apa saya pernah bikin ginian?? Nama belakang palsu, alamat palsu, nomer telepon palsu, tempat lahir palsu, nama orang tua palsu, nama sekolah palsu. Demi apaaa??
Mister tau? Saya sempat juga beberapa kali terbang ke Inggris… walaupun sebenarnya hanya surat saya aja yang sampai di sana.
Coba bayangin Mister, walaupun Bahasa Inggris saya acakadut, Gary Neville, Philip Neville dan Jonathan Woodgate mau membalas surat saya! Begitu juga Michael Owen, yang atas nama persahabatan, fotonya saya kasih ke teman yang lebih tergila-gila padanya. Jadi, saya cuma bisa nampilin balasan dari Neville dan Woodgate aja deh.
Namun Mister, nggak ada yang lebih pahit selain dicuekin oleh idola nomer satu saya. Total 4 surat yang saya kirim ke Teddy Sheringham sama sekali nggak ada balasan. Apa dia nggak tau, kalo setiap berita tentangnya saya gunting, tempel dan jadikan kliping? Kalo saya bisa tiap minggu nangis karena temen-temen cowok hobi banget ngeledek dia bangkotan? Secara ya Mister, usia saya dan dia terpaut 19 tahun. Apa dia juga nggak tau, kalo saya sampe niat les Bahasa Inggris pas kelas 3 SMP supaya kalo satu saat ketemu dia saya bisa ngobrol asik? *eeeaaakk*
Pelan-pelan, saya pun berusaha move on. Niat saya ke Inggris mulai serius ke hal-hal akademis. Nih Mister, saya kasih liat potongan tulisan saya jaman SMA.
Karena terpengaruh ucapan Eli, saya bertekad kalau saya mau cari beasiswa untuk sekolah di Inggris. Kalo saya bisa sekolah di Inggris, saya bisa belajar sekaligus mencari keberadaan Sheringham. *eh* Mulailah saya menabung tiap hari, supaya akhir pekan bisa ke warung internet dan mencari alamat-alamat kampus di negaranya Pangeran William.
Selama jangka waktu 2 tahun, dari sekian banyak surat yang saya kirim untuk menanyakan ketersediaan beasiswa, hanya satu kampus yang membalas. Saya girang bukan kepalang ketika Satpam sekolah memanggil dan memberikan saya amplop putih besar bertuliskan Atlantic College. Eh tapi Pak…
Mister, impian terasa makin jauh. Saya putus asa.
Angin segar datang 3 bulan kemudian. Saya syuting untuk program kuis TVRI berjudul English For Fun yang hadiah utamanya adalah kunjungan ke universitas di Inggris. Sayang, Dewi Fortuna belum memihak, saya gugur di putaran pertama, pertandingan pertama pula… *dada sesak*
Akhirnya, tahun ajaran SMA pun usai. Pada saat teman-teman menjadi mahasiswa di kampus-kampus ternama, saya mengambil jurusan Bahasa Inggris di kampus kecil lantaran nggak cukup biaya. Lulus D3 dengan IPK cukup tinggi, saya memulai karir sebagai pengajar Bahasa Inggris, karir yang sampai sekarang masih saya geluti.
Karir yang membawa saya bertemu dengan pengajar bule Inggris baik hati, yang bawain saya souvenir ala ala Inggris tatkala mereka pulang kampung dan balik lagi ke Indonesia.
21 tahun lamanya… Ya Mister, selama itu Inggris hanya merupakan angan-angan. Saya biasa menghibur diri dengan berkata, “It’s okay nggak bisa ke Inggris, yang penting kerjaan saya berhubungan dengan Bahasa Inggris.” Tapi gara-gara ada #InggrisGratis, saya jadi ngarep lebih! Mungkinkah ini adalah pemulus impian saya? Mimpi yang sekian lama terabaikan karena usaha yang saya pernah lakukan sia-sia? Biarlah saya sudah menikah, sudah nggak mungkin menjalin hubungan dengan Teddy Sheringham… Biarlah saya sudah 29 tahun, sudah terlalu tua untuk mendapat beasiswa… Tapi setidaknya, kaki ini harus bisa dijejakkan di Inggris. Untuk pembuktian bahwa mimpi (meskipun nggak keseluruhan) bisa sungguhan terjadi dan bukan sekedar ilusi apalagi delusi. Supaya saya punya wejangan untuk anak cucu nanti: Kalau kita punya mimpi-mimpi, tulislah dulu. Jika gagal dicapai, jangan buang tulisan itu. Walau sejenak terlupakan, biarlah tulisan itu mendekam di pojok kamar dan dipenuhi debu. Karena nanti di satu titik waktu, itu akan jadi pengingat otentik bahwa kita masih punya hutang pada diri sendiri, hutang mewujudkan mimpi… Kita akan diingatkan lagi untuk mencari dan mengambil kesempatan, mewujudkan mimpi. *asek*

Belum pernah ke Old Trafford, aku rapopo… Yang ada malah kiper legendaris Manchester United ini mampir ke Jakarta.
Salam manis untuk Mister,
Mita Yulian Sasmita
Mitaaaa… terharu gw bacanyaaa… mdh2an jd jodoh dan rejeki loe pergi ke inggria ya mit #kecubhbasah
Aamiin… Makasih Gipuuu… *peluk kenceng*
Semoga berhasil ke inggris sm mister potato
Iyyaak!!! Thanks Beb!
Mitaaaa….kereeennnn… Semoga ya, semogaaa… Aamiin ๐
Aamiin…. Thanks Ied! I don’t dare to even imagine winning this competition. It will hurt so much knowing how this has been like a lifetime dream. Hahaha…
Hehe pertama kali ngebaca blog ka mita langsung ketawa sendiri, semangaat kak, semoga cepat ketemu disana ๐
Yess!!! Aamiin… Terima kasih ya udah mampir.
hallo mita, aku manda, salam kenal y..aku kmrn2 iseng baca-baca blog yang ikut inggris gratis..aku pilih random buat aku baca pas lg santai2, salah satu yang aku baca punya kamu ini..and you know? there was a part of your blog that interested me..kamu pernah kirim surat buat Gary & Phil Neville dan mereka bales??WOW, that’s cool..I curious how it happened..cerita doooooong (kl g keberatan)..hehhe
Hi yes thank you for dropping by. Aku kirim surat itu waktu aku kelas 3 SMP. Back then in 1999. Haha… Kirim langsung di satu amplop untuk kedua nama itu ke alamat MU. Sekitar sebulan sampe balasannya. Seneng banget apalagi di amplopnya pake tulisan tangan. Haha… It just felt special. Mereka gak bales pake kata-kata, cuma kirim foto dan tanda tangan aja.
yes, i knew what you feel..aaaahh aku aja excited pas baca, apalagi kamu yg ngalamin :D..oh bisa kaya gt y??aku baru tau loh, hehe..btw, your experience inspired me..aku mau coba ah..siapa tau bisa ngalamin apa yg pernah kamu alamin..hehe..thanks for sharing y..nice to know you ๐
Okay good luck! Kalo dulu internet bukan makanan harian, untuk tau berita atau liat foto idola ya untung-untungan kalo dimuat di majalah atau tabloid. Makanya aku ngirim surat. Hehehe…
Awww.. Mbak, saya suka deh sama tulisannya! Saya tau banget perasaan Mbak, karena saya juga pernah memendam rindu yang sama buat ke Inggris =’) Coba apply beasiswa di Belanda, Mbak. Mereka banyak ngasih beasiswa full. Dari Belanda, nanti bisa jalan-jalan sendiri ke Inggris ๐ Ini tulisan saya tentang Inggris, barangkali Mbak punya waktu luang untuk membacanya ๐ >> http://usedbookholic.blogspot.nl/2014/03/you-believed-you-could-so-you-did-1.html
Akhh aku gak sepintar itu untuk dapet beasiswa. Hehehe… Aku udah buka linknya. Penasaran mau lanjut ke episode berikutnya, nunggu online dari laptop biar puasss.