Siang menjelang sore lebih dari lima tahun silam, tepatnya Sabtu, 23 April 2011; jalan raya menuju Sentul Bogor dipadati mobil-mobil pribadi berisi orangtua yang geleng-geleng kepala melihat ketegangan dan raut semangat di wajah anak-anak mereka. Demi lelaki kurus berponi lempar, yang lagunya menggema di seantero dunia. Baby, baby, baby ohhh… Dan saya, berusia 25 tahun pada saat itu, pun asik ber-fangirling ria bersama Tasya, gadis mungil kelas 4 SD yang jauh-jauh datang dari Surabaya untuk menyaksikan Justin Bieber di konser bertajuk My World Tour.
Kalo kamu pikir membeli tiket konser cuma perlu modal uang, kamu salah. Lelah, amarah dan air mata terselip dalam perjuangan berburu selembar kertas untuk akses masuk ke dalam Sentul International Convention Center (SICC).
Semua bermula di Januari 2011. Promotor Marygops Studios secara resmi mengumumkan penjualan tiket presale Justin Bieber My World Tour Indonesia. Penjualan tradisional, harus antri di EX Plaza. Kehebohan sudah terasa di ibukota. Teman-teman yang tau kalo saya seorang Belieber (sebutan untuk penggemar Justin Bieber) sudah banyak bertanya, “Lo beli?” Dan gelengan adalah satu-satunya jawaban yang saya punya, sambil nahan sesak di dada.
Sebagai Belieber, jelas impian saya harus bisa nonton paling depan. Tapi harapan sering berbanding tidak lurus dengan kenyataan. Uang belum ada dan yang saya punya cuma keyakinan, yakin bisa nonton Justin, yakin recehan terkumpul sampai penjualan online dibuka.
“Mita, April is still three months away. You don’t have to submit your leave now,” kata bos bule saya kala itu, saat saya minta izin cuti untuk nonton konser. Konser yang bahkan tiketnya pun belum terbeli.
“No Patrick. I really have to secure the date. You know how crazy I am about this boy,” ngotot saya.
“You’re 25. He’s not even 17.”
“He will be in 2 months, and that makes me legal to date him.”
“In America you may get arrested.”
Dan bos saya pun berlalu. Saya tersenyum menggenggam kertas izin cuti yang akhirnya dia tanda tangani.
Tahap satu selesai.
Tahap dua harusnya tinggal menunggu penjualan online dibuka. Nyatanya, malah terdiri dari serangkaian drama tak berkesudahan. Mulai dari mendadak bukan hanya Marygops Studios yang jadi promotor, harga tiket resmi melambung tinggi (kelas termurah Rp. 500,000 dan kelas termahal Rp. 1,650,000), arena festival dibatalkan karena khawatir anak-anak kecil bakal terinjak-injak (Are you kidding me bro? Nggak bisa ya dibikin aturan festival hanya untuk usia 17 tahun ke atas?), pembayaran tiket cuma bisa lewat rekening Bank Mandiri dan nggak boleh transfer antar bank, sampai ketidak-konsistenan promotor dalam menentukan tanggal penjualan tiket.
Janji 1: Besok jam 10 pagi penjualan tiket dibuka. Fakta: Batal, katanya menunggu sampai semua pemegang tiket presale menukarkan tiketnya.
Janji 2: Penjualan dimulai besok jam 6 pagi. Fakta: Batal, katanya nunggu Beliebers pulang sekolah.
Janji 3: Website under maintenance karena kami mau siap-siap jual tiketnya nanti sore. Fakta: Tiket baru bisa dibeli jam 6.30 malam, server nggak kuat menampung arus pembeli dan saya baru sukses masuk jam 2.15 pagi! Terkuras emosi!
Can you belieb it?? Kekesalan saya berujung pada menulis surat pembaca yang dimuat di koran ibukota: Warta Kota dan Berita Kota. Intinya, penjualan tiket Justin Bieber My World Tour Indonesia tidak jelas!
Jika ada nama untuk segala kegilaan tentang Justin Bieber, maka itu adalah Bieber Fever. Kondisi di mana mendengar namanya saja jantung ini berdebar lebih kencang dari seharusnya, dan nama Tuhan terpekik saat melihat wajah tampannya.
Pendek kata, tiket di tangan. Kocek cukup untuk beli tiket kelas Biru seharga Rp. 1,500,000. Tahap tiga, mempersiapkan tetek bengek semacam kekeran alias teropong, kamera dan kaos ungu bertuliskan I LOVE JB. Tingkat alay pun naik drastis. Tahun 2011 dulu BlackBerry Messenger jadi aplikasi pesan yang hits. Tiap hari saya sibuk pasang status yang harus banget dicocokkan dengan foto Justin. Kalau saya menulis “Ngantuk ah.” maka saya akan memasang foto Justin sedang tidur. Status “Saatnya kerja, mandi dulu.” berhiaskan foto Justin dengan hanya selembar handuk. Nama lengkap saya tersisipi nama Bieber, belum lagi menghitung mundur sampai hari si bocah asal Kanada kelahiran 1 Maret 1994 itu datang. Bieber Fever akut. I know, I know… Umur 25 tahun, harusnya saya sibuk memantapkan hubungan bersama si pacar, sibuk merencanakan pernikahan. Yang ada, saya malah terjebak dalam pesona penyanyi remaja yang juga jago main drum ini.
Kamu pernah punya hubungan jarak jauh? Maka kamu akan tau gimana perasaan saya malam sebelum konser berlangsung. Ibarat bakal ketemu pacar setelah sekian lama kenal di dunia maya tanpa tatap muka, perut saya bergejolak. Senang dan deg-deg-an bercampur sampai bikin susah tidur.
Saya janjian dengan Tasya dan mamanya, yang datang dari Surabaya, untuk bertemu di Stasiun Tebet. Baru lah kami lanjut ke Sentul naik mobil pribadi yang disewa oleh mamanya Tasya.
“Tiket Mita Biru kan? Tukar sama tiket Merah saya ya? Karena saya harus mendampingi Tasya. Dia dapatnya tiket Biru.”
I couldn’t belieb how lucky I was… Tiket Merah adalah tiket termahal yang dijual online!
Menuju arena konser saya dan Tasya sibuk dalam imajinasi kami masing-masing. Bahkan ketika ada helikopter lewat di angkasa, halusinasi menghinggapi.
“Oh my God! Oh my God! Pasti itu helikopter yang bawa Justin ke Sentul deh. Oh my God! Oh my God!” jerit si perempuan kelas 4 SD dan si tante (saya!) berusia seperempat abad. Tatkala gedung Sentul International Convention Center mulai terlihat, air mata saya menggenang. Ini beneran bakal liat Justin?? pikir saya dalam hati.
Keamanan yang begitu ketat mewajibkan mobil diparkir jauh dari arena konser, dan kami pikir kami harus berjalan kaki menuju SICC. Tapi tebak? Seorang bapak berseragam menghampiri saya, Tasya dan mamanya untuk mengundang kami naik mobil lapis baja sampai ke sana. Wow!
Aura tidak sabar terasa kental di dalam gedung SICC. Kursi-kursi bukan hanya terisi Beliebers remaja, melainkan juga bocah-bocah usia TK dan SD beserta orangtua mereka.
Tasya dan saya berpisah karena kami berbeda tiket. Menunggu konser dimulai pun jadi ajang berkenalan. Nadila dan Naura adalah adik kakak Beliebers yang juga datang dari kota yang sama dengan saya, Depok. Obrolan kami merambah seputar Selena Gomez yang saat itu diajak datang ke Indonesia, sekaligus tentang Justin yang katanya terlihat kurang fit saat mendarat di Soekarno Hatta. Panggung konser yang kecil dan terlihat biasa sempat pula kami komentari. Inikah panggung konser dengan tiket seharga jutaan Rupiah? Beberapa artis duduk tidak jauh dari kursi saya. Ada Raffi Ahmad, Yuni Shara dan anak-anaknya, serta Julia Perez. Jiwa norak saya muncul. Saya minta foto bareng dan, beberapa hari setelahnya, sebuah acara gosip menayangkan rekaman saat saya dan para artis itu asik berfoto ria. Jelas liputan intinya tentang selebritis lokal yang hadir di konser Justin, saya hanya beruntung kena sorot dan bikin heboh orang serumah.
Malam makin larut dan suasana makin ramai. Kesabaran para Beliebers diuji.
Justin tak kunjung muncul dan kami masih harus mendengarkan band pembuka, Gruvi. Mereka punya hadiah buku yang ditandatangani Justin dengan syarat kami diminta nyanyi lagu mereka kalo ingin mendapatkan souvenir tersebut. What a joke! Toh tanda mata itu pada akhirnya jatuh ke pemegang tiket Abu-Abu yang ada di barisan paling depan, khusus sponsor dan undangan. Lagipula, siapa Gruvi? Kalah tenar dibanding Kenny, pengawal Justin, yang menuai permintaan tos dan salaman tatkala dia sempat menampakkan diri.
It’s no more OMG! It’s OMB –OH MY BIEB! Dan inilah akhir dari penantian…
Seorang DJ menghibur kami dengan decitan vinyl records dan musik elektronik yang edgy di menit-menit menjelang konser dimulai. Papan penghitung mundur mulai bekerja. Hingga akhirnya…
Panggung diselimuti asap putih dan tubuh kerempeng Justin Bieber berbalut jaket putih pun hadir tepat di depan mata.
“JUSTIIINNN!!!!!” teriak saya menggila, sampai sedikit terkencing-kencing.
Saya bukan satu-satunya (yang berteriak, bukan terkencing-kencing). Ribuan Beliebers di dalam SICC meraung dalam semangat pengidolaan, bergemuruh menggema seantero gedung. Semua refleks berdiri. Well, hampir semua. Ibu-ibu di belakang saya menegur keras, “Heh! Duduk dong! Anak saya nggak keliatan!”
Saya bengong. Kurang asik banget si ibu. Ini nonton film di bioskop emangnya??? Malas berargumen, saya tinggalkan kursi dan beranjak pergi ke arah balkon. Tidak ada siapa-siapa di sana. Bagian belakang hanya lorong tangga. Sungguh spot terbaik.
Lagu “Love Me” jadi pembuka konser My World Tour Indonesia 2011. Lagu pop yang ditulis Bruno Mars dan menyisipkan penggalan “Lovefool” dari band Swedia, The Cardigans. Dilanjutkan dengan lagu “Bigger” (tentang lelaki yang dulunya playboy tapi kini sudah lebih dewasa dalam hal cinta), Justin menyanyi dan menari penuh aksi. Liukan badannya seakan bensin yang membakar pemujaan para Beliebers.
“What’s up Indonesiaaa??? Welcome to my world!!!” sapa Justin.
Jeritan kembali menggema di seantero gedung. Berturut-turut Justin membawakan lagu “U Smile”, “Runaway Love” dan “Never Let You Go”. Setiap detik, yel-yel padanya kian membara. Sound system yang tidak terlalu bagus tertutupi sihir yang Justin lemparkan kepada para fans.
Teropong yang saya bawa membantu melihat wajah Justin secara close-up. Dia sudah meninggi, sudah 17 tahun, dan gurat kedewasaan mulai terlihat di wajahnya. Okay… I sound like a creep… Anyway! Setelah dibuat berdendang penuh semangat dan pastinya Justin mulai lelah menari, sajian selanjutnya adalah sesi gitar akustik di mana Justin menyuguhi lagu “I’ll Be” dan “Favorite Girl” dalam tempo santai dan lembut. Kostumnya telah berganti kaos ungu dengan topi baseball warna senada. Dia mungkin nggak menari, tapi senyumnya mampu membuat kami ber-oooh dan ber-aaah.
Ada satu lagu yang biasa Justin bawakan di konser dengan konsep unik. “One Less Lonely Girl” akan dinyanyikan sambil nantinya ada seorang pentonton beruntung diajak naik ke atas panggung. Beliebers Indonesia tidak siap untuk ini…
Ketika akhirnya seorang gadis dibawa dari balik layar, duduk sambil menangis terharu, Justin pun menghampiri, mengusap lembut pipinya, mengusap air mata dan memeluknya!! Histeria memenuhi udara. Alyssa Daguise, blasteran Prancis yang sekarang jadi pacar Al Ghazali anak si Ahmad Dhani, sukses bikin kami yang nasibnya tak sebaik Alyssa tersedu-sedu. Itu seperti melihat pacar kita selingkuh kawan! Hati saya remuk. Nggak peduli orang komentar “Ini ngapain tante-tante sesenggrukan begini?” I didn’t come for this!
Tangisan saya belum berhenti di lagu selanjutnya. “Stuck in the Moment” yang merupakan lagu favorit saya, menjadi pengantar video yang berisi tingkah polah Justin Bieber masa kecil. Saya tetap tegar menyanyi… “Somebody to Love” kemudian “Never Say Never” dibawakan lewat gerak dan tari enerjik, membuat diri ingin melonjak apa daya badan terlalu gemuk. Jamie Aditya, mantan VJ MTV 1990-an, lalu tampil berkolaborasi dengan Legaci untuk ikut memeriahkan konser malam itu.
Jika saya ditanya, apa yang terbaik dari My World Tour Indonesia 2011? Maka jawaban saya (salah satunya) adalah interaksi Justin dengan penggemarnya. DJ yang dia bawa pun berperan serta di dalamnya.
“JUSTIN!” teriak DJ. “BIEBER!” sahut Beliebers otomatis.
“I say ONE. You say TIME!” ajaknya lewat kata-kata bernada.
“ONE!”
“TIME!”
“ONE!”
“TIME!”
“When I met you girl my heart went knock knock. Now them butterflies in my stomach won’t stop stop.” Lirik yang tepat menggambarkan yang saya rasa sejak tiket konser terbeli. Malam makin pecah dengan berkumandangnya lagu “One Time”. Apalagi koreografi tariannya juga menggemaskan dan menghibur. Disusul “That Should Be Me” ber-genre ballad tentang kehilangan cinta, dan sesi breakdancing oleh breakdancers yang Justin khusus bawa, makin lengkap lah kami para Beliebers dimanja. Belum lagi ketika Justin main drum solo, jaket merah dan topi hitam yang dikenakannya bikin dia terlihat makin rupawan nan menawan. #NikahiSayaDik
Pun saat “Eenie Meenie” menghentak dinding gedung, Beliebers tak ada lelah-lelahnya mengepalkan tangan ke udara dan memanggil nama Justin penuh perasaan.
“Shawty is the eenie meenie miney mo lova!” menyeruak dari pita suara kami.
Jika di video klip Justin berduet dengan penyanyi asal Jamaika, Sean Kingston, maka di konser My World Tour Indonesia 2011 lagu ini dinyanyikan bersama para penggilanya di SICC. Riuh. Dan keriuhan baru mereda saat Justin membawakan “Pray”, lagu dengan nada-nada reliji yang terinspirasi dari “Man in the Mirror”-nya Michael Jackson.
Tidak ada yang lebih menyakitkan dari perpisahan yang tiba-tiba. Justin melakukan itu ke kami.
Tepat ketika lagu “Pray” berakhir…
“Good night!”
Mendadak Justin pergi begitu saja ke belakang panggung. Dan kami cukup dibuat melongo sepernano detik sebelum akhirnya jeritan tidak rela membahana.
Lalu di layar muncul tulisan:
DO YOU WANT MORE?
“YESSS!!!” Seakan-akan layar itu berbicara pada kami, kami pun memohon.
REALLY???
“YESSS!!!” Jangan siksa kami, please.
THEN MAKE SOME NOISE!!!
“AAHHH!!!”
LOUDER!!!
“JUSTIN!!! AAAAHHHH!!!”
Yang dipanggil pun muncul kembali. Sumringah.
“You guys want me to stay? But, but I, I gotta go now, you know.” #JanganBercandaDik
“ONE MORE SONG! BABY!” raung kami. Sungguh kami begitu haus dimanjakan.
Konyolnya, Justin malah menyanyikan lagu Britney Spears berjudul “Hit Me Baby One More Time”. Tentu bukan itu yang kami maksud. Setelah teriakan frustrasi makin terdengar, barulah Justin menutup malam dengan lagu hits-nya yang bertempo cepat, gabungan elemen R&B, hiphop dan dance-pop; lagu yang merajai tangga musik radio kala itu karena liriknya yang catchy, berjudul –tentu saja “Baby”.
Sabtu, 23 April 2011. Menjelang tengah malam. Saya pulang dalam diam. Mencoba memasukkan semua yang terjadi dalam ingatan. Kata orang, habis gelap terbit lah terang. Segala keruwetan membeli tiket, terbalas manis oleh penampilan Justin yang spektakuler. Senyum saya tersungging meresapi kepingan kenangan akan konser terbaik yang pernah saya datangi: Justin Bieber My World Tour Indonesia.