Bahaya Tidur di Bis Kota

Standard

Kisah ini terjadi kemarin pagi menjelang siang. Seperti biasa jam 9.30 saya sudah sampai di Terminal Depok untuk naik bis P54 menuju Grogol. Saya duduk di sisi kanan (tepatnya baris kelima), bagian yang paling panas di jam tersebut. Agak sial memang, karena sisi kiri sudah dipenuhi orang-orang yang sepertinya juga tau kalo sisi kanan bukan tempat nyaman di bis non-AC, apalagi jika akan menempuh perjalanan panjang. Tapi semua memang ada hikmahnya… Kemarin saya melihat kejadian yang membuat saya harus lebih berhati-hati.

Nggak heran kalo penumpang bis P54 banyak yang tertidur pulas, soalnya rata-rata mereka akan makan perjalanan kurang lebih 2 jam. Saya biasanya cukup pelor -nempel molor. Tapi hari itu tumben banget saya nggak ngantuk. Mata saya yang terbuka ini menyaksikan para penumpang yang tidurnya amat lelap, sampe-sampe mulut mangap dan mendengkur. Di daerah Jalan Joe, ada pengamen naik. Mas-mas berbaju merah dengan modal botol Aqua yang diisi beras. Dia nggak nyanyi, cuma kecrek-kecrek doang, tampangnya agak-agak kurang waras. Saya yakin nggak banyak yang ngasih duid, karena kasian saya pun nyiapain receh 500 perak di genggaman. Ternyata eh ternyata… Saya rasa dia pengamen berpenghasilan paling kaya…

Saya perhatikan, dia nggak minta uang sama penumpang yang melek. Yang ada dia mencolek penumpang yang tertidur. Ketika mereka menolak ngasih uang, si pengamen tetap mencolek sehingga… bisa diduga! Penumpang pengantukan itu mengira si pengamen sebagai kenek bis. Mereka pun mengeluarkan uang sebesar 2,500 atau 10,000 atau 5,000 dan bahkan ada yang 20,000. Orang -orang itu nggak sadar! Soalnya mereka tidur dan nggak ngeh kalo tadi si mas berbaju merah itu kecrek-kecrekin botol beras. Dalam hati saya bergumam, “Wah, pasti bakal seru nih ntar!” Para penumpang pengantukan itu pun cuek aja uang belum dikembalikan, karena memang biasanya suka gitu. Si kenek nggak punya receh, jadi nunggu dulu.

Nggak berapa lama, menjelang masuk Tanjung Barat, barulah si kenek asli yang pake kemeja abu-abu –official– naik dan melakukan adegan khas kecrek-kecrek recehan di tangan, pertanda untuk penumpang nyiapin ongkos. Saya langsung menatap muka-muka si om-om dan tante-tante yang tadi udah keluar uang untuk pengamen. Bener aja!! Muka mereka langsung berubah ekspresi dari ngantuk banget jadi kaget banget! Mereka pada protes! Mereka bilang udah bayar! Saya pun memanasi suasana, “Itu tadi pengamen. Bukan kenek.” Barulah mereka sadar mereka sudah tertipu si pengamen bertampang kurang waras (tapi cerdas sekaligus culas)…

Ada satu tante yang menurut saya lebay, dia berkoar, “Wah, modus penipuan baru ini! Dia pasti udah sering begini.”

Dalam hati saya cuma bisa cekikikan…

3 thoughts on “Bahaya Tidur di Bis Kota

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s