Awal mulanya saya membaca tweets yang ditulis oleh Thea. Dia sibuk menjawab kuis ber-hashtag #10thnAADC. Lalu keesokan harinya, dengan penuh semangat anak SMA labil ini cerita kalo dia menang kuis tersebut, Reuni & Nonton Bareng AADC. Dia ngajak saya nonton. Yang pada akhirnya harus saya tolak karena saya kerja. Acaranya hari ini jam 7 malam di PPHUI Kuningan, bakal dihadiri pemain-pemain AADC juga. 😦
Ada Apa Dengan Cinta. Tanpa saya cerita pun, kalian pasti tahu film ini berkisah tentang apa. Dan memang post kali ini bukan hanya untuk membahas film-nya, melainkan juga sepotong kenangan di masa itu. Masa-masa Sekolah Menengah Atas.
12 Maret 2002, saya menonton film AADC bersama teman-teman kelas 2-6. Setelah tadi berdiskusi singkat, akhirnya saya ingat kalo hari itu saya nonton bareng Tenny, Achiet, Snoy dan Erin. Ketika dikonfirmasi anehnya Erin bilang dia nggak jadi ikut. Ah, mungkin sudah menua ingatan kami. Menurut Tenny kami berlima janjian nonton pulang sekolah, dengan dress code kaos warna-warni. Padahal seinget saya kita pake baju Batik oranye khas SMUNSA. Tapi, sepertinya Tenny benar, karena tanggal itu jatuh di hari Selasa, sedangkan jadwal pake Batik adalah hari Jumat. Kenapa kita pilih nonton di hari itu, saya yakin kali ini saya benar, tak lain dan tak bukan karena sekolah pulang cepat. Entah ada rapat atau apa lah.
Ada dua orang lain yang gabung nonton. Rangga (kebetulan namanya memang pas dengan nama tokoh lelaki utama AADC). Dia teman les saya di ILP dulu. Saya naksir dia. Yang satu lagi, namanya Citra. Pacar Rangga. Lupakan saja. Kita tidak usah bahas dia. Toh di buku harian pun dia tidak saya tulis. Jadi mungkin sebenarnya dia nggak ada. 😀
Niatnya nonton di Cinere Mall, tapi begitu sampe disana, mall-nya tutup karena ada demo pegawai. Akhirnya meluncur ke Kalibata Mall pun kami jabanin. Sepertinya itu pertama kali saya nonton film jauh dari Depok.
Film AADC seperti gambaran masa SMA idaman. Punya geng, mengalami kisah cinta, nonton konser bareng, dibumbui pertemanan yang retak dan konflik keluarga. Gara-gara film itu, merangkai puisi untuk menyatakan cinta jadi populer, buku AKU karangan Sumandjaya jadi buruan, lelaki seperti Rangga yang ganteng, pendiam dan misterius jadi idaman, dan cewek cantik berambut lurus-panjang, langsing seperti Cinta jadi pujaan.
Saya punya kaset yang berisi soundtracks film tersebut. Saya juga punya VCD-nya. Dipinjam Amran, teman sekolah. Dan belum kembali sampai sekarang. Semoga dia masih inget untuk mengembalikannya. Sudah 10 tahun, teman…
Ada satu adegan yang saya yakin bikin mupeng cewek-cewek di masa itu. Adegan ketika Cinta mengejar Rangga di airport dan mereka berciuman. Saya sendiri melihat adegan tersebut, berkhayal berciuman sama pacar. Haha… Padahal sih, nggak punya pacar. Entah siapa lelaki yang saya cium di khayalan saya itu.
Sekarang, saya dan hampir semua teman yang nonton bareng, sudah menikah. Sudah menemukan Rangga kami masing-masing. Suami saya yang juga suka film ini, telah menemukan Cinta-nya. Walaupun dia tidak seperti Nicolas Saputra dan saya tidak seperti Dian Sastro.
Lucunya, ketika mencoba mengingat kembali film AADC, ternyata begitu banyak kalimat yang saya ingat dari film tersebut. Seperti “BASI! MADINGNYA UDAH MAU TERBIT!” atau “Jadi kalo lo nggak ada temen, salah gue? Salah temen-temen gue?” atau “Bila emosi mengalahkan logika, terbukti banyakan ruginya kan?” dan bahkan teringat kutipan puisi-puisinya. “Perempuan datang atas nama cinta. Bunda pergi karena cinta.” atau “Pecahkan saja gelasnya. Biar ramai. Biar mengaduh sampai gaduh.” atau “Bosan aku dengan penat dan enyah saja kau pekat. Seperti berjelaga jika kusendiri.“
WOW!!!! Sumpah! Kenangan masa muda banget nih film!
y memang film ini mengingatkan masa muda kita.. .mungkin sampai saat ini saya blum bosan untuk memutar ny. . .mungkin film terbaik versi q. .lams knal