Jangan Kau Menghina

Standard

Jadi ingat jaman sekolah dulu. Saya pernah punya teman namanya -sebut saja- X, si X suatu waktu menyuruh saya untuk bilang ke gebetannya kalo X mau ngajak nonton. Ya sudah dengan polosnya saya samperin -sebut saja- Z untuk menyampaikan ajakan X. Mau tau apa jawaban si Z?

Ih, amit-amit cowok jelek gitu. Item. Sok cakep banget.

Jahat kan si Z? Jahat banget. Si X saking malunya, sampai-sampai dia juga jauhin saya…

Ada kata-kata yang pernah saya baca, nggak tau pastinya gimana, kira-kira begini: Jangan hina anak cewek yang kamu anggap bulimia, dia begitu karena nggak tahan dibilang gendut.

Ada lagi: Jangan hina cewek dengan dandanan menor, dia begitu karena nggak tahan dibilang jelek, jadi dia mencoba segala cara untuk dandan.

Saya dari kecil udah gendut. Dan ya, lingkungan bisa jahat banget. Bahkan keluarga sendiri. Dan saya masih ingat lho sama beberapa muka yg dulu pernah sangat menyakiti perasaan saya. Salah satunya guru bimbel saya sendiri. Sadis kan? Guru! Saya juga masih ingat kata-kata apa yang mereka lontarkan, dan gambaran saat hal itu terjadi pun saya masih ingat… Eh tetapi, justru ejekan-ejekan itu membuat saya semakin bijak. Menjadikan saya tidak termasuk tipe-tipe yang suka ngomongin “keanehan” seseorang. Menurut saya semua ada alasan.

Contoh: Ada cewek hobi banget pake parfum sampe sehari bisa semprot berkali-kali, sebelum tidur juga pake. Aneh? Mungkin. Tapi dia begitu karena dulu pernah dihina bau.

Contoh lagi: Teman saya rajin banget luluran. Amat sangat hobi. Tiap hari. Aneh? Mungkin. Tapi dia begitu ya karena pernah dihina hitam keling.

Nah trus saya, saya gendut dulu sering diledek, kenapa tetap gendut? Nggak diet?

Hehehe… Saya punya Papa yang baik, yang selalu membuat saya kuat walaupun diledek, yang selalu membuat saya merasa bangga dengan yang saya miliki. Saya punya Nenek yang selalu bilang kalau badan gemuk tak mengapa, yang penting bajunya bersih, rapi dan badan saya wangi. Saya merasa tidak perlu mendengar omongan orang yang menyuruh diet biar saya “enak” diliat.

Intinya sih: Stop bullying. Sikap “menindas” seseorang yang kita anggap berbeda, baik dengan perlakuan maupun kata-kata, jangan! Dan, bukan anak ingusan/sekolahan aja lho yang ada drama-drama bullying. Kita-kita yang sudah dewasa pun banyak yang mem-bully.

Once you bullied someone, once you made someone hurt because you said something about their physical appearance, they’ll always remember…

Untuk kalian korban bullying, tau nggak? Nanti akan ada titik masa dimana mereka yang suka menghina kita, akan jauh tertinggal di belakang… Teman saya yang hitam, kini sudah menikah, berbahagia dengan karirnya juga. Bagaimana dengan Z? Sampai sekarang gonta-ganti pasangan terus, putus nyambung tak karuan. Bagaimana dengan mereka yang dulu hobi menghina saya? Salah satu dari mereka berprofesi sebagai tukang parkir, dan ada yang pemakai obat-obatan terlarang…

8 thoughts on “Jangan Kau Menghina

  1. wina

    untunglah sy gak pernah menghina soal fisik, siapa sih yg mau kyk gini..malah aku yg dihina/ remehkan krn lum bhasil dpt lelaki yg ikhlas …sm sy:(

  2. nurjannah

    apa she susahnya menghargai sesama…
    kita kan sama2 manusia.. terlahir dari ibu jadi apa untungnya saling melecehkan. mba ada salahnya kita berbagi dengan mereka yang kekurangan…..

  3. Nice artikelnya mbak, saya pun ikut merasakan kekurangan pada fisik membuat wanita menjadi tidak pd, tetapi positifnya saya lebih maju daripada teman saya yang menghina fisik saya dulu :).
    Stop bullying.

    • Nur Fitriani Ratnasari

      Setuju banget.. aq aja sekarang masi suka di bully samatemen2 aku ketika kuliah. Tapi aq lebih bangga sama diri aku aq punya kemampuan yang lebih dari mereka,tapi kadang setiap orang ada masa downya dan mereka balik bully kaya sebelumnya.. tolong yaaa buat belajar menghargai perasaan orang lain, ngaca dulu lahh dirinya dah sempurna apa belom.!!

      • Mereka membully biasanya justru karena punya kekurangan. Dari membully mereka merasa superior sehingga merasa lbh pede. Semangat yaaa!!! Yang penting adalah kita mencintai diri sendiri dulu.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s