Berdebat Dan Berita

Standard

Sewaktu SMA saya bersama Nurul dan Yulinda pernah ikut lomba debat dalam Bahasa Inggris di Universitas Bina Nusantara. Kami kalah ketika mendapat topik tentang terorisme. Pertama, kami mendapat posisi untuk mendukung topik tersebut. Kedua, pembicara cowok dari tim lawan kece banget saya jadi lumayan terpesona.

Bukan!!

Yang bener itu kami kalah karena alasan pertama tadi. Saya ingat betul kami sampe mau bilang ke juri kalo topik terorisme itu tidak dapat diperdebatkan. Mana ada hal baik yang bisa dilihat dari tindakan terorisme? Kami bertanding tanpa tau harus berkata apa.

Kami kalah.

Dari situ saya belajar, bahwa segala hal pasti bisa diperdebatkan. Tidak ada hal yang 100% disetujui semua orang. Bahkan Matematika pun 4 + 5 tidak harus 9. 4 + 5 juga bisa sama dengan 3 + 6 atau 7 + 2. Ngerti kan ya dengan maksud saya? Hehehe…

Kesempatan ikut lomba debat datang lagi ketika saya kuliah. Saya kebagian mendukung legalisasi ganja. Awalnya saya panik, bagaimana mungkin ganja yang secara hukum dianggap terlarang bisa saya dukung?

Tapi saya nggak mau kekalahan saat SMA terulang. Setelah penelusuran panjang, dari berbagai info, saya bisa mendapat argumen kuat untuk melegalkan ganja. Lawan saya mungkin sudah jumawa duluan, hanya mengungkapkan argumen dari satu sumber, Wikipedia. Saya tau betul itu karena saya juga sudah membacanya. Saya serang, “Apa yang tim kalian bilang itu semuanya diambil di Wikipedia. Tidak kuat. Karena kalau kalian teliti, di halaman Wikipedia tentang ganja tertulis bahwa artikel itu perlu banyak revisi.

Akhirnya, tim saya lolos di babak tersebut…

Beberapa kali ikut kompetisi debat sedikit banyaknya mengubah sifat saya. Saya jadi orang yang tidak mau asal jeplak kalau tidak paham sekali akan suatu topik atau belum banyak membaca tentangnya. Plus saya juga jadi males dan nggak hormat sama orang yang cuma bisa bacot tanpa alasan yang bagus.

Beberapa waktu yang lalu teman Facebook saya ngomentarin kenapa saya masih suka Justin Bieber padahal -menurut dia- Justin gay dan banyak melakukan hal yang buruk.

Saya cecar dari mana dia dapat info tersebut. Akhirnya dia meralat kalo berita gay itu ternyata cuma kata-kata dia aja. Tapi dia menambahkan dengan info kelakuan buruk Justin yang hanya berasal dari satu sumber. Mungkin sepele ya. Yailah cuma urusan Justin Bieber aja. Tapi saya memang paling males kalo orang cuma bisa berkoar tanpa argumen kuat. Kebetulan kali ini berhubungan dengan idola saya. Saya bales aja deh panjang lebar, saya mentahin semua ocehan dia hingga pada akhirnya dia nggak bisa bales apa-apa. Diem. Nggak komen balik. Membisu…

Lain waktu, pernah saya perang komentar tentang foto Obama yang ber-selfie di perayaan Nelson Mandela dengan Julez. Bocah Kanada. Kami balas-membalas dari benua yang berbeda selama berjam-jam. Pada akhirnya, Julez maupun saya tetap pada pendirian kita masing-masing, tapi karena kami ngoceh sambil tidak lupa memberi data dan info dari berbagai sumber serta opini yang kuat, perdebatan kami pun berisi.

Jadiii… Memang ya sebagai orang dewasa kita kudu sedikit cerdas. Apalagi hari gini pemberitaan itu sering dibikin terlalu sensasional. Jangan kemakan sama satu media doang. Jangan terlalu gampang berbagi berita. Jangan sampe udah berkomentar sinis eh taunya itu berita cuma hoax. Jangan kemakan judul tapi isinya nggak dibaca. Tolong. Udah gede gitu loh. Hahaha…

One thought on “Berdebat Dan Berita

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s