Suami saya masih mempunyai seorang Mbah. Walaupun di usia rentanya beliau sudah tidak sanggup berjalan dan harus dipapah, sudah sedikit pikun; Mbah masih bisa diajak berbincang-bincang seperti biasa. Saya mengenal beliau sejak jaman masih pacaran dengan suami, sekitar tahun 2007. Saya pikir, beliau tidaklah terlalu memperhatikan saya. Dalam arti, saya kan memang bukan orang Balikpapan (kampung halaman suami), bertemu beliau pun paling hanya setahun sekali. Tapi ternyata, saya dibuatnya terharu.
Begitu menjejakkan kaki di rumah mertua di hari kedua Lebaran yang lalu, saya dan mertua serta kakak-kakak ipar langsung bertukar cerita karena kami sudah lama tidak bersua. Di sela-sela ngobrol mertua saya berkata, “Anu Mita, Mbah minggu lalu bilang mau bikin Madu Mongso untuk Mita. Mbah suruh Ya’i bikin. Mama bilang ke Mbah kalo Mita datangnya masih lama tapi Mbah ngotot. Bahan-bahan kue punya Ya’i dia ambil, dia umpetin untuk bikinin Madu Mongso buat Mita.“
Wah, terasa hangat hati ini. Dan benar, ketika saya pulang berlibur, sekotak Madu Mongso pun jadi oleh-oleh dari Mbah. Terima kasih ya Mbah. Semoga Mbah sehat selalu.
*Madu Mongso: Cemilan semacam dodol berbahan dasar ketan hitam dengan rasa sedikit asam.