Setelah kurang lebih 3 tahun berkantor di dalam Pondok Indah Mall, baru kemarin saya benar-benar memperhatikan etalase toko batu yang selalu tertutup itu. Hanya beberapa kali pula saya melihat toko batu itu buka, pun sepertinya hanya untuk beres-beres, bukan berdagang. Sempat saya heran dan sedikit bertanya-tanya, bukankah sewa tempat tetap harus dibayar?
Toko tersebut menarik minat saya karena fenomena keranjingan batu yang akhir-akhir ini menghinggapi masyarakat kita, termasuk Papa dan Om saya. Lumayan menyenangkan menatap dan mengintip koleksi yang dipamerkan. Kilat dan warna unik dari beragam jenis batu baik dalam bentuk cincin atau bongkahan besar terlihat. Terpampang juga foto, yang saya duga sebagai si pemilik toko, bersanding dengan Pak SBY.
Dari kertas yang ditempel, rupanya koleksi batu dan barang antik yang ada di sana mau dioperkan ke orang yang berniat membangun museum batu dan fosil. Kenapa nggak, pikir saya. Hanya dari luar toko saja saya menikmati apa yang saya lihat, bagaimana kalo dibuatkan museum, ya kan? Di berbagai sudut, terdapat juga gulungan kertas kuno, kapal laut dari batu dan katalog besar lukisan dan patung koleksi Soekarno. Wah! Saya duga pasti koleksi Pak Djunaedi ini sangatlah bernilai!
Waah ini sih batunya berkelaaas semuaa, koleksi lainnya jugaa…
wah…mau dihibahkan yaaa, bagus pastinya mbak kalo ada museum batu ya, iya nih suami juga kena wabah batu akik.
Kayaknya maksudnya dioper itu dijual deh. Hehe… Soalnya kalo dihibahkan pasti udah banyak banget yang mau. Hihi…