Nggak terasa ya puasa sudah hampir 3 minggu. Di awal bulan Ramadhan kebanyakan dari kita masih memilih berbuka di rumah. Sekarang giliran pusat perbelanjaan jadi tujuan. Biasanya sih jam 3 sore orang-orang udah mulai memadati mall-mall. Sebelum berbuka, ngabuburit dong!
Banyak hal yang dilakukan ketika ngabuburit, istilah untuk kegiatan menghabiskan waktu hingga menjelang waktu Maghrib, misalnya denger ceramah di TV, bantuin orangtua menyiapkan menu berbuka, main gundu sama temen sekampung (ini gaya anak 90an banget) atau berhubung THR udah dapet, ngabuburitnya pasti belanja.
Saya kebetulan dapet kesempatan ngabuburit yang beda, yaitu berkeliling di dalam Red House, kantor pusat AirAsia Indonesia. Bukan sekedar muter-muter, saya dan sepuluh bloggers lain diajak untuk melihat bagaimana persiapan para awak kapal; mulai dari awal sampai akhirnya mereka siap berangkat ke bandara untuk terbang.
***
Kayak gimana sih kantor AirAsia Indonesia?
Menyenangkan adalah kesan pertama saya. Tahun lalu saya sempat juga mampir ke Red House karena diundang untuk mengambil hadiah lomba menulis. Gedung yang terletak di dekat Soekarno Hatta ini bener-bener ramah lingkungan, karena selama jam makan siang seluruh AC-nya mati kecuali di kantin aja. Dilihat dari nggak adanya sekat-sekat kubikel, Red House berkonsep tanpa batas, terbuka, dan ramah. Rooftop-nya dihiasi kursi-kursi rotan yang asik banget buat duduk sore sambil menikmati angin sepoi-sepoi.
“Keren! Jadi semua persiapan dilakukan di Red House ya? Emang apa aja sih yang harus diurus?”
Nah! Untung pas lagi ada Pilot Oetoyo, Kopilot Jono beserta awak kabin. Kami jadi berkesempatan melihat langsung hal-hal yang perlu dilakukan sejak 1,5 jam sebelum jadwal terbang.
Pertama, wajib sign on alias daftar hadir. Sign on harus dilakukan di komputer yang khusus terkoneksi ke wifi Red House.
Kedua, menyiapkan dokumen berupa waktu penerbangan, rencana terbang serta cuaca. Ini kerjaan pilot dan kopilot. Oh iya, jenis perkiraan cuacanya khusus untuk aviasi, tidak sama dengan perkiraan cuaca untuk pertanian atau bahkan aplikasi di handphone. Lalu, ada sesi khusus antar pramugari yang kegiatannya berupa dandan serta ngobrolin target hari itu. Nggak lupa, tes tekanan darah dan kadar alkohol juga harus dilakukan.
Ketiga, sebelum akhirnya diantar ke bandara, pilot, kopilot dan kru kabin berkumpul untuk berdiskusi dan berdoa. Semoga penerbangan lancar tanpa hambatan.
“Pramugari AirAsia kok bisa cantik-cantik gitu, apa ada make up artist-nya?”
Buat yang penasaran kenapa pramugari dandanannya kece-kece, silakan tepuk tangan. Mereka ternyata dandan sendiri lho. Tanpa dibantu make-up artist. Warna lipstik pun mengikuti trend yang ada. Terdapat 2 ruang dandan: Yang besar untuk dandan heboh; yang kecil untuk touch up kalo-kalo ada sedikit riasan yang luntur atau bulu mata palsu mendadak copot.
“Berarti wajib bisa dandan ya kalo jadi pramugari?”
Jangan khawatir! Pelatihan disediakan. Tapi harus belajar sungguh-sungguh. Kalo blush-on terus-terusan menor, pake lipstiknya belepotan, rambutnya mencuat-cuat, dijamin bakal kena tegur Mbak Pritha dan Mas Efraim, Senior Flight Attendants AirAsia Indonesia. Oh iya, ada yang menarik dari kemeja dalaman pramugari AirAsia. Namanya Compression Top. Khusus dikirim dari Inggris, bahan polyester-nya bikin baju ini nyaman banget dipakai dan memudahkan pergerakan.
Eh, ada yang perhatikan nggak kalo rambut pramugari panjangnya selalu di atas ketiak? Itu demi keselamatan. Jika terjadi insiden api diwajibkan memakai masker yang pastinya akan mengganggu jika rambut terlalu panjang.
“Aaah… Begitu! Kalo dari foto dan cerita di atas, kayaknya AirAsia ini mewah deh. Kok tiketnya bisa murah?”
Oke, kalo tadi kita udah ngebahas tentang persiapan dan pramugari, sekarang ada satu fakta menarik nih tentang kenapa AirAsia bisa menjual tiket murah. Dengan Thailand sebagai rute terjauh AirAsia Indonesia, maka nggak ada yang namanya pramugari harus menginap di negara tujuan. Dalam sehari mereka pulang dan pergi. Nah, biaya menginap inilah salah satu dana yang kemudian dialokasikan untuk promo-promo tiket serbuan kita. Bukan dari mengurangi kebutuhan bahan bakar. Hehe… Murah kan bukan berarti murahan.
“Baru tau! Kan ada tuh yang bilang kalo tiket murah, pasti keamanannya juga rendah. Ternyata AirAsia nggak gitu ya. Nanya lagi dong. Selain pilot, kopilot dan pramugari, divisi apa yang nggak kalah penting di penerbangan?”
Sip! Kenalkan: Operation Control Center. Bisa dibilang ini adalah jantungnya bidang operasional penerbangan. Mereka kerja selama 24 jam sepanjang tahun. Di ruangan ini, ada layar besar menampang flight radar yang menunjukkan pesawat-pesawat lalu lalang di udara. Ternyata di langit pun ada kemacetan. Di langit pun ada nama jalannya juga.
Dari Operation Control Center akan ketauan informasi seperti jadwal yang ditunda, pesawat mana yang harus didahulukan ketika lepas landas, dan juga prediksi cuaca. Seperti hari itu, ada keterangan dari BMKG bahwa Gunung Raung diduga akan mengeluarkan abu. Walaupun itu cuma sekedar ramalan, tapi sebisa mungkin Operation Control Center akan mengatur rute pesawat supaya tidak mendekati posisi abu. Pilot akan mengemudikan pesawat melewati rute yang diatur Operation Control Center. Luar biasa ya?
Mendengar penjelasan dari bapak-bapak di unit ini bikin saya tersentuh. Mereka adalah para pekerja keras yang rendah hati. Walaupun teknologi yang mereka gunakan sangat canggih, mereka tidak lupa pasrah bahwa segala sesuatu tetap berada dalam kuasa Tuhan.
“Wah… Bukan pekerjaan mudah. Kalo sebagai penumpang, kita bisa andil apa untuk ikut melancarkan penerbangan?”
Pertanyaan bagus! Keselamatan terbang ternyata bukan hanya bergantung pada awak kapal. Ada alasan kenapa saat lepas landas dan mendarat kita harus membuka tirai jendela dan dilarang menggunakan perangkat elektronik. Sebagai penumpang kita juga diminta kerjasamanya. Pasang mata dan telinga, jangan bengong dan jangan disibukkan oleh pemutar musik. Jika melihat ada asap atau percikan api dari samping pesawat, atau terdengar bunyi yang janggal, kita diminta proaktif memberi tahu kru kabin. Selain itu, kenapa berat tas kabin hanya 7 kilo? Semua demi keselamatan juga, supaya kalo terguling nggak bikin cedera orang di bawahnya. Ini salah satu wujud kepedulian antar penumpang.
***

Dengan Senior Flight Attendants, Mbak Pritha dan Mas Efraim, serta Mbak Pramugari cantik AirAsia. Saya dapet hadiah 2 tumbler nih karena bisa menjawab pertanyaan. Salah satunya akan saya hadiahkan ke pembaca blog Terong Gemuk.
Bagaimana? Banyak yang didapat kan dari ngabuburit yang kurang dari 3 jam ini. Puas rasanya bisa kenal lebih dekat dengan maskapai kesayangan. Begitu bermakna hal yang saya pelajari. Terima kasih AirAsia Indonesia. Tetap mengudara!
Juarra nih reportase-nya, 😉 thanks Mita, nanti aku jadikan rujukan info, blm nulis soale 😀
KOK GAK ADA FOTO AKUUU???? :LOL:
Ada sih foto terakhir. Hahaha…
Eh iya, sayang gelap ya. Tapi dari lahir sih.
Wir… -_-*