Perjalanan menuju Tenggarong siang itu dihiasi rintik hujan. Saya duduk di kursi depan mobil sambil melayangkan pandang ke deretan pepohonan Sengon dan Jati yang mengisi sisi-sisi jalan raya. Di samping dan belakang saya suara tawa membahana dari Wo, Anton, Cencen dan Arif menggelitik gendang telinga.
“Henpon Huawei? Dari jauh huaaa!” *terpesona* “Dari deket weiii!” *kecewa*
Lawakan yang keluar dari mulut Anton, bassist Superego. Kami terbahak-bahak. Sekilas Cencen menyebut nama Rendy, drummer mereka yang ada di mobil depan, berkendara bareng para roadies.
“Pasti di mobil sana penuh dengan wejangan dari Rendy untuk Agi sama Maleo,” Cencen bersuara. Rendy memang personil mereka yang paling bijaksana. #uhuk
“Gue menang banyak,” Arif menimpali. Doi anggota paruh waktu, ikut mengisi gitar di satu lagu berjudul Sekencang. Pentolan ARCH GUITAR yang fasih sama urusan teknis panggung dan benerin gitar ini mengomentari pertemuan sebelumnya dengan Stevie Item dari band Deadsquad, yang kebetulan manggung di pentas seni SMA 2 Balikpapan. Superego menyempatkan bertatap muka dengan Stevie di Hotel Sagita, temu kangen sekaligus berbagi album kedua yang dirilis hari itu. Dan Arif menang banyak… foto bareng!
Sabtu kemarin saya memang secara khusus terbang dari Jakarta untuk meliput Superego manggung di Etam Fest 2, acara berkonsep festival jalanan yang memadukan musik, kuliner dan busana. Mengambil tempat di Tenggarong, kami berdelapan meluncur lewat Samarinda, menyeberang sungai dengan kapal feri klotok sampai akhirnya sekitar jam 3 kami pun tiba di ibu kota Kabupaten Kutai Kartanegara ini.
Sejenak meregangkan otot kaku, beberapa batang rokok disulut. Saya menatap jalanan yang sepi dan tenang. Begini rupanya wajah Tenggarong. Asri dan bersih. Tak lama kami pun bergerak, menyisiri pinggir sungai lebar menuju Creative Park, lokasi Etam Fest 2 berlangsung. Sempat saya heran karena tidak ada keriuhan apapun. Rupanya adzan Ashar hampir berkumandang, dan acara pun terhenti.
Di siang menjelang sore itu, kesyahduan Tenggarong tetap terasa meski Ashar lewat sudah. Saat duduk santai menikmati semilir angin, kami disuguhi penampilan dari Donny and Bluesman, tiga lelaki asal Sanga-Sanga yang mainnya… nge-blues banget.
“Gila kan Sanga-Sanga bisa ada band begini.” Cencen berdecak kagum. Kekaguman yang dimaklumi; Sanga-Sanga cuma sekedar kecamatan kecil yang bisa hidup karena merupakan salah satu wilayah penghasil minyak bumi penting di Kalimantan Timur. Sampai ada anak daerah yang klop membentuk band ber-genre blues, kurang kece apa? Mata saya terpejam. Membiarkan alunan irama balada masuk ke telinga.
Mendadak, saat Donny and Bluesman turun, segerombolan kawula muda berkaos hitam-hitam menyeruak. Sebagian mengisi depan pagar pembatas antara lapangan dan panggung, sebagian membuat formasi melingkar. Saya penasaran! Kaki pun mengikuti arus. Dan itulah momen di mana saya menyaksikan kerusuhan moshing pit tatkala Malvomed, band death metal asal Samarinda yang sempat main di Hammersonic 2015, menggebrak kesunyian sore Tenggarong. Kemahiran mereka di atas panggung menyemburkan kebrutalan seru namun tetap aman terkendali. Salut!
Wo menarik lengan saya.
“Kemana aja kamu Beb, aku cariin. Anak-anak udah mau siap-siap manggung.”
Rupanya saya terlalu terbawa suasana keriuhan metalheads sampai-sampai lupa kalo selepas Malvomed tampil, Superego giliran beraksi. Tentunya setelah istirahat Magrib.
Melihat massa Malvomed yang begitu luar biasa, saya sempat dihinggapi perasaan khawatir. Ngeri kalo Superegans (sebutan untuk fans Superego) tidak seramai pemuja Malvomed. Apalah Superego ini. Prestasi terbaik cuma sekedar membuka Kukar Rockin Fest 2015, momen penting yang menurut Rendy si penggebuk drum “…adalah soal memanggungkan Koil di tanah Kalimantan, ketika seorang sahabat menyenangkan sahabat lainnya.”
Rend, saya tersesat dalam kebijaksanaanmu!
Menggelapnya langit kian menggeliatkan gairah pengunjung di Etam Fest 2. Tidak ketinggalan bocah-bocah balita dan para bapak ibunya ikut memadati lapangan. Penampilan dance nan menghentak dijadikan kesempatan bagi Superego untuk membenahi perlengkapan perang masing-masing. Sampai akhirnya…
“Kami Superego, band post grunge dari Balikpapan,” sapa Wo membuka aksi para Paman Gembira. Lagu Koloni kemudian dimainkan dalam semangat membara. Lagu tentang komunitas-komunitas tanpa faedah, yang masing-masing ingin jadi pemimpin hingga berujung ribut sama teman sendiri. Disusul Apalagi Papua dengan liriknya yang powerful.
Langitkan api. Membakar nyali. Terangkan gelap ini. Maut lantang bernyanyi.
“Ay feel alive tiap kali Superego konser,” Anton satu waktu pernah berkata.
Dan ya, bukan hanya Superego yang terlihat begitu hidup, di bawah panggung sana muda-mudi Tenggarong berjingkrak, mengepalkan tangan ke udara, lebur dalam hantaman drum, betotan bas dan petikan gitar. Anton, Cencen, Wo, Rendy dan Arif ikut terhanyut dalam hingar bingar. Penuh peluh, lagu Sekencang menjadi penutup yang apik walau kurang klimaks lantaran hits jagoan Superego yang bertajuk Terdengar Tangguh urung dimainkan.
“Kami nih seperti rasa-rasa orgasme di panggung ngeliat penonton membludak.”
Terbersit asa semoga Superego bisa lebih dikenal di Tenggarong, apalagi di wilayah seperti Kutai Kartanegara yang memang tempatnya anak muda kreatif. Yang Bupatinya sukses mengundang Sepultura, Helloween, Testament dan Firehouse selama 4 tahun berturut-turut.
Euforia di atas pentas bersambung hingga beberapa jam ke depan. Gelak dan canda serta foto ceria, dibalut kegiatan kongkow bareng Ispro dedengkot Sulung Extreme Musick, Ovin Malvomed dan Rommy D’Flo Music Lab. Kejutan lain juga datang dari kehadiran beberapa personil Kapital, band pemuncak acara Etam Fest 2. Band yang menyanyikan Indonesia Pusaka sebagai pembuka, menggetarkan sisi nasionalisme sekaligus sukses menyatukan kami semua dalam satu penampilan yang kelewat keren dengan lagu-lagu metal mereka.
Malam itu Superego pulang ke Balikpapan dengan hati girang… dan perasaan gegap gempita gembira ria. It’s one of the best gigs they’ve had~~
Terima kasih Tenggarong. Terima kasih Etam Fest 2.
==
CD dan kaos Superego bisa didapatkan di:
– Bandit Rockshop, Gunung 4 (sebelum SMA 8)
– Cartoon Combat, Jl. Straat 4 KM 1.5 (depan SMK Nusantara)
Twitter: @SuperegoSound
www.blogsuperego.wordpress.com

Cencen. Wo. Anton. Rendy. Arif.
One thought on “Etam Fest 2: Superego Terdengar Tangguh”