Tadi saya tidur siang. Dan masuk ke dalam mimpi yang menegangkan. Ceritanya saya lagi asik berenang, lalu tiba-tiba sekumpulan orang datang menembakkan peluru ke arah kami yang ada di kolam. Saya menyelam, dan lucunya saya bisa bernapas dalam air. Maka saya pun membatin, “Ini pasti mimpi.”
Blas! Satu peluru menembus lengan kiri saya. Saya diangkat dari dalam air. Masih hidup. Tapi tak ada rasa sakit. Saya makin yakin, ini mimpi. Hanya saja saya kok nggak bangun-bangun.
Mimpinya terus berlangsung. Saya melarikan diri. Menumpang di rumah warga. Bertemu lelaki jahat. Lalu seorang ibu memukul kepala si lelaki sampai akhirnya saya bisa kabur lagi. Tiba-tiba saya mendapat pesan, harus ke alamat tertentu. Saya pun pergi mencari tumpangan. Anak remaja berjaket hitam mengantar saya ke satu gang sepi. Tidak ada siapa-siapa. Saya mulai panik. Bangun, bangun, bangun, perintah saya pada diri sendiri. Mimpi ini mulai menakutkan.
Saya bingung. Kenapa saya tetap nggak bangun-bangun? Padahal saya terus membatin. Ini mimpi. Ini mimpi. Sempat terbersit, bagaimana kalau saya tidak bangun-bangun dari mimpi yang terlihat begitu nyata, namun tanpa rasa.
Mendadak, saya ada di dalam gedung kantor. Iya, mimpinya lompat. Seorang wanita memberi tahu kalo suami saya sudah menunggu di ruangannya. Saya melangkahkan kaki, bersiap membuka pintu dan…
Adzan Ashar terdengar.
Saya akhirnya terbangun.