Hujan rintik-rintik menyambut kedatangan saya dan Dini di Ubud. Tergopoh-gopoh kami melewati sungai dan gang kecil, menepis butiran air yang turun dari langit. Di depan, koper kami ditenteng oleh seorang Bli dari penginapan yang kami pesan dua bulan lalu. Deras… Dan ketika langkah kami berhenti di pelataran The Moksha, hujan turun makin deras.
Saya dan Dini terdiam. Sedikit menggigil diterpa angin sore. Lalu decakan kagum keluar dari mulut kami berdua. Villa mungil yang dikelilingi sawah dan pepohonan itu dihiasi guratan warna-warni bunga, dan hujan yang mendera makin menyegarkan suasana. Moksha. Bermakna damai dan pencerahan. Di sinilah kami akan beristirahat selama dua hari ke depan.
“Bagus banget!” seru saya sambil meminum jus buah naga asli yang disuguhi sebagai welcome drink, mengomentari pemandangan yang saya tatap. Bola mata saya menyapu sekeliling. Ada rak kayu berisi buku-buku. Ada rumah warga dengan patung-patung Hindu dan Buddha. Sepi… dan syahdu.
Mbok Mila, resepsionis The Moksha yang ramah dan murah senyum, mengantar ke kamar setelah usai kami berteduh. Dan dibuatlah saya terhenyak.
Tunggu! Pekik saya dalam hati. Ini bukan sekedar kamar, pikir saya. Ini pondok. Pondok yang indah dengan kanopi dalam balutan tanaman dan bunga yang menjuntai. Pondok dengan ruang tidur luas, berkasur empuk, dihiasi sofa yang terlihat begitu nyaman. Pondok dengan kamar mandi berlantai batu alami dan dihiasi tangga bambu.
Saya dan Dini kembali berdecak kagum. Belum apa-apa, semua sudah terasa menyenangkan. Sungguh tidak merugi dengan pilihan ini. Dan rasa terpukau kami tidak berhenti sampai di situ.
Semua juga serba penuh kejutan di The Moksha. Mulai dari kamar yang dibersihkan diam-diam saat kami keluar makan malam, sabun dan sampo yang beraroma wangi menenangkan, sampai pada sarapan yang disajikan dengan presentasi ala koki kompetisi Masterchef. Cantik! Diantar langsung ke teras tepat jam 8 pagi, berturut-turut datang buah sebagai hidangan pembuka, lalu telur, daging dan roti panggang, ditutup pisang coklat sebagai pencuci mulut.
Sungguh pengalaman berleha-leha yang luar biasa di balik kesunyian Ubud. The Moksha, saya janji akan balik lagi. Menikmati tidur malam dininabobokan suara jangkrik, kodok dan tokek…
===
The Moksha Ubud: Jalan Bisma, Sunset Lane No. 3A Gianyar, Ubud.
Keren bgt hotelnya, mit. Suka warna ijo untuk bantal dan handuknya itu. Wiihh.. Anti mainstream banget! Belum lagi bambu buat sampiran handuk. Uniikk. Aaah pingin kesituuu
Iya Mbak konsepnya villa. Menyenangkan banget di sini. Nanti crita2 ya kalo udah nginep di hotel Bandung sana. Kalo oke kan bisa jadi referensi aku juga. Hehe…
Siap Mitaa 😉
Wah, asik banget ini villanya ,,, letaknya juga strategis, lumayan gak terlalu terpencil dari pusat Ubud. Bakal betah nih kalau nginep di sini.
Ke pusat Ubud bisa jalan kaki. Cuma 10 menit sajaa.
Iya benar, itu dia enaknya mbak. Kalau dari gambar ini kesannya masih tenang daerah sekitarnya ya. Waktu itu rate nya sekitar berapakah kalau boleh tau?
Saya pesab lewat AirBnB dapat rate Rp. 603,000 per malam.
Noted, via AirBnB ya. Harganya lumayan murah juga untuk villa dan pelayanan seperti itu. Makasih mbak, bisa buat rekomendasi saya juga nih. Kebetulan lagi kangen Ubud dan pengen ke sana lagi 🙂