Selepas Maghrib geliat mulai terasa di kafe Rolling Stone Jakarta. Beberapa pemuda datang menenteng alat-alat musik serupa gitar, bas dan simbal drum. Berbalut jaket jins hitam, saya melangkah masuk bersama Wo, vokalis merangkap gitaris band asal Balikpapan, Superego. Kamis, 31 Maret 2016 adalah The Rock Campus ke-51, yang menurut Ezra Simanjuntak merupakan acara di mana kesongongan bermusik itu sah.
Bang Ezra, begitu biasa ia disapa, adalah otak di balik pagelaran The Rock Campus. Lahir dan besar di Hawaii, namun darah nusantara menderu kental di dalam jiwa raganya. Nama yang menjadi pentolan Zi Factor, band beraliran modern metal, dan nama yang tidak asing di dunia gitar Indonesia.
“Nanti mainnya rileks aja, lepas. Ini cuma kecil-kecilan kok,” ujarnya rendah hati seraya mendatangi tiap musisi yang ada di jajaran pengisi acara.
Saya tersenyum hormat. Sampai menembus angka 51 kali diadakan, dengan perlakuan ramah ke para pengisi acara (makan malam dan 2 termos besar air dingin disediakan), The Rock Campus lebih dari sekedar acara rock terbangsat setanah air.
Ada empat band yang akan menghentak kafe di bilangan Ampera-Kemang tersebut. Royal Bandit, Superego, Borock N Roll dan Max Havelaar. Kesemuanya bergelut di musik berbeda.
“Kalo lo bikin acara yang isinya satu aliran, yang dateng gitu-gitu aja. Gue pengen bisa rangkul semua. Supaya yang dateng juga dapat pengalaman baru. Yang gak suka grunge, jadi suka. Yang gak tau rock n roll, jadi tau.” Begitu kira-kira yang saya tangkap dari menguping perbincangan Bang Ezra dengan anak-anak Superego.
Jam 9 malam lebih 15 menit beliau menuju tengah arena, memegang mic dan meminta kami semua berdiri. Lantai atas kafe Rolling Stone mulai padat. Kami bersiap menyanyikan lagu Indonesia Raya sebagai penanda dimulainya acara. Ternyata bukan hanya di Stadion Utama Gelora Bung Karno rasa nasionalisme saya bisa tersentuh karena mengumandangkan lagu kebangsaan tersebut.
Royal Bandit maju sebagai si nomor satu. Band berisikan mahasiswa Universitas Trisakti ini berdiri sejak tahun 2014. Masih muda, namun musikalitas mereka berhasil memuaskan telinga. The Rock Campus pun dibuka dengan semangat. Segar. Gerak-gerik mereka di atas panggung terlihat penuh aksi, membawakan lagu tentang kehidupan sosial muda-mudi masa kini.
Superego melaju setelahnya, minus Cencen yang biasa mengisi gitar melodi. Wo, Anton, Rendy dan Arif berpacu lewat lagu-lagu andalan mereka seperti Apalagi Papua, Sekencang dan Terdengar Tangguh. 30 menit yang merupakan batu loncatan besar bagi bubuhan Balikpapan yang biasa main di sekitaran Kalimantan Timur saja. Ditingkahi keliaraan para Bandit, fans Royal Bandit, yang ikut serta bergerak dalam tiap nada, Superego tampil dalam kepercayaan diri tinggi.
Dan jika dua band di awal membuat penonton bergoyang, maka band ketiga sukses menjadikan depan panggung sebagai lantai dansa. Borock N Roll, dengan gaya nyentrik, mengingatkan saya akan Elvis Presley. Rockabilly, musik yang terpengaruh aliran country dan blues ini dibawakan apik oleh mereka. Sungguh melodius nan membius.
Puncak malam pun ditutup mantap oleh penampilan Max Havelaar. Santai, seperti tak terpengaruh apapun, para personelnya pamer kualitas bermusik lewat lirik-lirik mereka yang dalam dan memiliki kelasnya sendiri. Album debut mereka siap rilis 7 April 2016 di Borneo Beerhouse. Mari sambangi.
Akhir kata, The Rock Campus untuk puluhan kalinya sukses mencipta keriuhan di acara “kecil” fenomenal. Pecah! Enormous thanks to Bang Ezra dari kami Superego, yang udah diberi kepercayaan tampil di ibukota! Dan mungkin juga dari Royal Bandit yang menandai malam itu sebagai malam mereka bukan sekedar band kampus lagi…
One thought on “The Rock Campus Ke-51 Jakarta”