Pengalaman Ikut Kelas Penyiar Indonesia

Standard

Waktu saya SMP, saya dijuluki Ratu Bola oleh teman-teman sekelas. Soalnya saya emang suka banget sama olahraga itu. Tiada jadwal pertandingan liga dunia yang saya lewatkan, baik antara tim tangguh ataupun tim gurem. Uang jajan habis untuk membeli majalah sepakbola, yang semuanya saya lahap cepat. Bisa dibilang, nggak ada pemain yang saya nggak tau namanya. Main bola? Nggak! Saya cuma diizinkan jadi manajer tim di kelas 2 SMP, padahal gaya saya udah bola banget. Celana pendek dan kaos dengan beragam nomor punggung jagoan dunia. Alasan temen-temen lelaki saya, “Nanti dada lo kesenggol, nggak tega kita.” Saya pernah menang Rp. 500,000 di kuis Liga Italia usai pertandingan Inter Milan; entah apa pertanyaannya, tapi Giuseppe Bergomi jawabannya. Saya juga bercita-cita jadi pembawa acara sepakbola atau bahkan komentator. Yang saya selalu bilang ke teman-teman, “Musim depan RCTI akan pake gue.”

Haha! Yes! Sebesar itu impian saya untuk bergelut di bidang sepakbola. Sayang, hobi bola saya memudar perlahan ketika memasuki dunia SMA. Tidak saya temui teman-teman yang segila bola teman SMP. Sekolah di SMA unggulan juga bikin saya harus belajar ekstra keras. Bayangin aja, rata-rata nilai 7 cuma peringkat 2 dari bawah! Maka pelan tapi pasti, bola terlupakan. Saya kembali teringat impian jadi presenter setelah ada obrolan tentang passion di kantor, dan ucapan si bos bule yang bilang, “I can see you one day having your own talk show.

Malam itu, entah apa yang menggerakkan jari saya untuk mengetik kata kunci “kelas penyiar” di mesin pencari Google; membawa saya ke akun Twitter @KelasPenyiar_ID dan akhirnya daftar Advance Broadcasting Class yang dimulai awal Februari lalu. Mau alih profesi? Nggak. Saya cuma berpikir, menyenangkan punya kegiatan berbeda di luar rutinitas, yang berhubungan dengan impian lama saya. Dan nyatanya, Kelas Penyiar Indonesia nggak hanya sekedar pelarian dari kebosanan…

Jadi murid tertua bikin saya dipilih sebagai ketua kelas oleh peserta lain, mereka-mereka yang memanggil saya dengan sebutan Mamak, Mom dan Bunda. Seneng ya, baru masuk hari pertama aja kenalan saya nambah 20 anak. Kami semua diajar oleh mentor-mentor kompeten di bidang penyiaran. Ada Bintang Cahya yang seorang MC profesional, Daud Tobing dari Indika FM, Tantri Moerdopo dari Metro TV dan Charissa dari Hitz FM. Saya paling suka ketika mereka menceritakan sepak terjang di dunia cuap cuap. Kisah perjuangan mereka bener-bener membakar semangat dan motivasi kami di kelas. Latihan olah vokal, intonasi, meningkatkan kepercayaan diri, membentuk personal branding, menulis naskah berita hanya sebagian kecil dari materi yang diberikan. Belum ditambah praktek-praktek.

Jpeg

Asiknya lagi, kami diajak kunjungan media ke CNN Indonesia dan Prambors Radio; melihat lebih jauh suasana syuting dan siaran langsung. Kami jadi tau beberapa hal menarik seperti berat badan akan terlihat 5 kilo lebih berat di layar kaca, penggunaan kamera HD akan bikin jerawat kecil pun terlihat oleh penonton di rumah dan sebagai penyiar radio kita harus mandiri menggunakan perangkat siaran yang ada. Jadi bukan sekedar ngomong dan setel musik.

Nggak terasa, minggu lalu rangkaian Broadcasting Advance Class usai. Rekaman ujian akhir sudah diberikan. Walaupun masuk urutan 4 karena dapat membawakan berita dan iklan dengan baik, rekaman tersebut bikin saya melihat kalo saya harus lebih ekspresif dan memperbaiki postur tubuh menjadi lebih tegak. Dan berikut beberapa tips dari mentor-mentor Kelas Penyiar Indonesia:

  • Cek cara pengucapan kata-kata yang terasa asing itu penting. Contoh: Anxiety dibaca “engzayeti” bukan “angziyeti”.
  • Naskah berita harus mengandung kalimat pembuka yang bikin penasaran, isi yang jelas dan kalimat penutup yang menohok.
  • Disiplin, berpikiran terbuka, kreatif dan siap sedia dalam situasi apapun.
  • Tentukan apa yang mau kita jual. Sah-sah aja kalo pengen bisa semua mulai dari MC, penyiar radio sampai pengisi suara. Tapi akan lebih bagus lagi kalo kita punya ciri khas supaya nama kita selalu ada di top of the head pencari jasa.
  • Biasakan berpakaian rapi dengan pulasan make-up secukupnya dalam keseharian. Kita nggak tau siapa yang akan kita temui di jalan.
  • Kembangkan pertemanan. Tantang diri untuk mendapat kenalan baru di tiap acara yang kita datangi.

Nah, mau merasakan keseruan belajar seperti saya dan teman-teman? Mau ningkatin kemampuan public speaking? Rasanya kamu perlu deh gabung dengan Kelas Penyiar Indonesia. Follow @KelasPenyiar_ID di Twitter ya!

Advertisement

2 thoughts on “Pengalaman Ikut Kelas Penyiar Indonesia

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s