Di tulisan sebelum ini, saya melaporkan selayang pandang AIA Championship 2017 yang dilaksanakan di Hong Kong Football Club. Nah, rangkaian acaranya bukan cuma nonton bola doang, tapi tentu saja jalan-jalan ke beberapa tempat wisata di Hong Kong. Nanti saya cerita satu-satu ya. Yang jelas, mendapat kesempatan ke Hong Kong adalah satu hal yang bisa dibilang, impian jadi nyata; karena memang saya sudah suka membayangkan rupa negara ini sejak kecil, sejak Mama saya sering ngomel, “Duit dari Hong Kong???” kalo saya minta uang jajan. Haha! Kenapa harus Hong Kong? Saya juga kurang paham. #persoalan

Selamat datang di Hong Kong International Airport! Baru pertama kali ke sini, jadi norak dikit.
Perjalanan rombongan AIA Indonesia (perusahaan asuransi yang memberi saya hadiah jalan-jalan) disusun oleh Panorama Tours. Total beserta pemandu wisata dari Indonesia ada 26 orang. Di Hong Kong, kami dipandu lagi oleh Ibu Yuli. Sedikit cerita tentang beliau, Ibu Yuli tadinya adalah warga negara Indonesia namun kini sudah menjadi warga Hong Kong. Suaminya orang Hong Kong, anak-anaknya lahir di Hong Kong dan Bu Yuli sudah lebih dari 25 tahun tinggal di sana. Beliau banyak berkisah tentang Hong Kong maupun kehidupan Tenaga Kerja Indonesia.

Perbukitan dan pulau-pulau kecil jadi pemandangan umum.
Selama Bu Yuli bercerita, sambil kuping terpasang mendengarkan apa yang beliau sampaikan, mata saya menatap ke luar jendela bis. Saya cukup terkesiap. Gedung-gedung langsing tinggi menjulang, dengan latar belakang perbukitan dan dikelilingi laut, tersaji cantik di depan saya. Jembatan kokoh, terowongan bawah laut dan terowongan menembus gunung jadi penghubung satu pulau ke pulau lain. Jadi negara Hong Kong memang terdiri dari 4 pulau besar, teman!

Clock Tower berdiri megah.
Hong Kong dijajah Inggris selama 99 tahun. Makanya banyak ditemui nama-nama jalan dan dermaga yang Inggris bangeeet; misalnya Nathan, Paterson, Kingston, Aberdeen, bahkan rumah sakit di Hong Kong memakai nama berbau kerajaan Inggris. Meski kini telah merdeka, Hong Kong merupakan negara dengan dua sistem; selain mengatur diri sendiri, Cina juga masih ikut mengatur pemerintahan Hong Kong.

Pagi berkabut di Tsim Sha Tsui.
23 derajat Celcius adalah rata-rata cuaca dalam setahun. Bulan Juni sampai Agustus terpanas, sedangkan dari November sampai Maret cuaca dingin, dengan kondisi terdingin di Desember, Januari dan Februari (bisa minus 10 derajat tapi tanpa salju). 98% warganya memeluk keyakinan Buddha Kong Hu Cu, dan orang Hong Kong hobi pacuan kuda serta main Mahjong terlepas dari beragam tujuan wisata yang ditawarkan.

Ocean Park, luas banget. Gabungan Dufan, Atlantis dan Seaworld jadi satu.
“Orang Hong Kong juga nada suaranya keras. Kalo belanja siap-siap aja tebal telinga, apalagi kalo kita nawar-nawar. Mereka bisa marah-marah usir kita,” Bu Yuli mengingatkan. “Dan jangan heran ya ibu bapak, kalo nanti liat uang dolar Hong Kong beda-beda.”
Ya. Mata uang dolarnya unik! Nilai sama, tapi desainnya beragam. Rupanya bank di Hong Kong boleh mengeluarkan desain mata uang sendiri.

Lembaran 100 dolar keluaran dua bank berbeda.
Meski bukan negara besar, Hong Kong selalu sibuk. Pelabuhan mereka bekerja 24 jam mengangkat kotak-kotak kontainer warna-warni. Saat ini pembangunan jalur cepat ke Beijing juga sedang berlangsung. Selain sibuk, biaya hidup pun tinggi. Parkir per hari bisa mencapai Rp. 175,000! Mahal ye. Tempat tinggal juga nggak murah, bahkan banyak apartemen sederhana yang tingkatnya puluhan namun nggak ada lift. Jadi memang dibangun untuk mereka berdana terbatas.

Bangunan tinggi di mana-mana.

Everywhere bright lights.

Pemandangan dari Victoria Peak. Menuju sini kita naik kereta menanjak bukit dengan sudut kemiringan 45 derajat.

Masih dari atas Victoria Peak.

Konon rumah-rumah di Victoria Peak dimiliki oleh para artis tenar, salah satunya Jackie Chan.
Untuk saya pribadi, berada di Hong Kong seperti berada di negara masa depan. Ada kesan futuristik yang saya rasakan saat mata ini bergerak menjelajahi sudut dan sisi kota-kota. Saya jatuh cinta pada pandangan pertama.
Wah aku baru tau kalo dollar hongkong ada berbagai versi cetakan, mbak. Karena banyak gedung bertingkat, kalo malam pasti cakep banget ya kelap kelip lampunya.
Saya juga baru ngeh karena dikasih tau pemandu wisata. Daaan… bener banget kalo malam it’s bright lights everywhere. Cakep.
aku juga mau ke hong kong ahhh. Biar kalo ditanya dari mana bisa jawab, “DARI HONGKONG BRAYYY!”
Cieeee gue baca tuh tulisan lo tentang Hong Kong.
Hongkong memang salah satu kota modern, kotanya warna warni gitu yaa. Kapan Jakarta bisa kayak Hongkong ?
Gedungnya yang berkarakter. Kurus tinggi, rapet-rapet terpisah gang aja.
Penasaran seperti apa pemandangan di malam harinya, pasti keren banget ya mba :), dari fotonya aja kerennn 🙂
Wah iyaaa… Malam harinya terang benderang.
Semoga bisa kesini someday xixixi sama kek mas yang diatas biar bisa ngomong “dari hongkong”wkwkwk
Aamiin… Aku pun sudah kangen Hong Kong.
Baru tau kalau di Hongkong tiap bank bisa nyetak mata uang snediri. Kalau bukan warganya gk tau nih mana uang asli mana uang monopoli hehehe. BTw tengkyu sharing cerita jalan2nya maaakk 😀
Hahaha… Iya enaknya pake tur, kita dapet banyak info tentang negara itu langsung dari pemandunya yg notabene warga sana.