Jumat, 3 Maret 2017 silam…
*HAH! LAMA BANGET BARU BIKIN LAPORAN SELAYANG PANDANG SEKARANG?*
*Ya maap! Banyak drama kehidupan yang harus hamba lewati, sodara-sodara.*
Lanjut.
Sejak jam 5 pagi kamar saya sudah dipenuhi bunyi telepon. Tanda pengingat bangun dari hotel. Saya menguap, berguling sejenak dan kembali meringkuk dalam gelungan selimut tebal yang menghangatkan jiwa tubuh. Satu jam kemudian, saya terjaga sepenuhnya. Segala penat pudar. Teman sekamar saya, Lukita dari Kompas, sudah selesai mandi dan sedang berdandan. Nggak lama saya pun juga rapi jali, berkaos bola nomor 23, bernama SASMITA. Kedua pipi saya bercat merah putih, warna bendera Indonesia. Topi warna serupa menghiasi kepala, dengan motif kotak-kotak yang sering digoda sebagai topi Kroasia.
Bertemu dengan Mas Rizky dari AIA Indonesia di depan lift menuju lobi, kami bertampar telapak tangan. Ada rasa semangat mulai menggebu. Tiba di bawah, segerombolan pemain dari AIA Malaysia menatap saya dengan cengiran lebar, seraya mengangkat kedua jempolnya.
“Indonesia ya? Nice costume,” kata salah satu dari mereka. Kami pun ngobrol cukup lama, sesama saudara serantau-rantau. Sampai akhirnya bis yang akan membawa tim AIA Indonesia tiba dan saya beserta yang lain melangkah keluar hotel.
Selamat pagi, Hong Kong!
Ya, hari itu saya akan menyaksikan pertandingan AIA Championship 2017 di lapangan bola Hong Kong Football Club. Sebagai salah satu perusahaan asuransi jiwa terkemuka, AIA berkomitmen untuk membantu masyarakat hidup lebih baik lewat olahraga. Ajang sepakbola dirasa tepat karena selain mempromosikan gaya hidup sehat, mereka juga kebetulan bermitra dengan klub Tottenhan Hotspur. Maka, terciptalah AIA Championship yang bergulir pertama kali di tahun 2016.
Kenapa #TerongGemuk bisa ikutan hadir di Hong Kong? Apakah jadi pemain? Tentu tidak, kan sudah saya beri Combantrin, saya kebetulan lagi dihujani hoki, menang lomba video dukungan yang hadiahnya ikut tim AIA Indonesia bertandang ke negara naga kecil Asia ini.
Video yang ide dan konsepnya perlu tapa seminggu, dan pembuatannya nambah seminggu lagi. Mulai dari ditolak orang-orang di jalanan, sampe melawan rintik hujan waktu syuting di bawah jembatan. Begitu kelar posting di detik-detik terakhir, kompetisinya diperpanjang dong! *Hayati lelah~~~*
Oke, saya cerita sedikit ya. AIA Championship intinya adalah pertandingan sepakbola antar tim-tim yang dibawa oleh AIA regional. Ada dua piala yang diperebutkan yaitu AIA League (khusus karyawan dan tenaga pemasar AIA) dan AIA Partner League (diikuti mitra bisnis dan nasabah AIA).
Selain Indonesia, ada Australia-Selandia Baru (gabung bareng), Cina, Malaysia, Singapura, Vietnam dan Thailand. Total ada 18 tim yang memperebutkan tiket ke London, tanding final di White Hart Lane. Yes baby, markas mantan klub Teddy Sheringham dan Darren Anderton, pacar khayalan saya jaman muda. (Nope, not Beckham or Owen.) AIA Indonesia sendiri membawa 2 tim unggulan: Nakula (Irvan, Billy, Rifki, Anggi, Luthfi, Jalu, Iim, Andi) dan Sadewa (Rifki, Arsya, Aldo, Shadiq, Igent, Mikha, Farhan, Kusuma). Dua pemain dari tim Sadewa ternyata murid saya waktu ngajar di Wall Street dulu. Dunia sempit… atau sayanya aja yang kegedean.

Tim Nakula

Tim Sadewa
Pelatih kedua tim tersebut nggak lain dan nggak bukan, adalah legenda-legenda sepakbola Indonesia: Bambang Pamungkas serta Firman Utina. Pasangan klop kalo kata saya sih. Bepe yang diplomatis bersanding dengan Firman yang penuh tawa. Asli, kocak banget si Bang Firman. Dia pernah berfoto dengan gaya galau, trus katanya, “Mau dikirim ke istri, gara-gara jauh dari Bunda nih makanya jadi lemas.”
Bang. *ngakak*
Bepe sendiri, di balik pembawaannya yang tenang, ternyata juga sosok pemerhati. Dua hari lalu sepupu saya bertemu dia, dan cerita kalo “Sepupu saya juga ikut ke Hong Kong sama AIA. Namanya Mita.” Respon Bepe, “Iya saya tau, yang suaranya cempreng kan?”
Mas. *ngakak*
Oke lanjut lagi.
Udara dingin menyambut kedatangan kami di Hong Kong Football Club. Cuaca Hong Kong memang lagi asik, nggak panas dan juga nggak terlalu dingin. Setelah daftar ulang, kami pun masuk ke lapangan… dengan sedikit sadar kamera karena banyak tukang foto yang ngambil gambar. Stadionnya mungil, dengan pemandangan bukit-bukit dan gedung bertingkat yang bikin ibu-ibu betah nungguin anak latihan bola. Kami segera mengambil tempat di sisi ujung, bersiap melakukan pemanasan sebelum pertandingan resmi dibuka.
Tim Nakula nge-gas dari awal. Kemenangan demi kemenangan dipetik manis namun sayang harus gagal di adu penalti melawan tim Escobar dari Malaysia. KZL. Terhenti sudah perjuangan mereka. Permainan Nakula padahal rapi banget, hobi menusuk pertahanan lawan. Saya pribadi suka melihat gaya Billy yang mengingatkan pada Bixente Lizarazu, eks pemain Bayern Muenchen. Mainnya gesit dan penuh tenaga. Kiper mereka, Irvan, juga gigih menjaga gawang. Tau Jose Luis Chilavert? Ya sudah kayak dia itu.
Sadewa, beda jalan. Tertatih-tatih di 3 pertandingan pertama dengan memetik nilai nol, pada akhirnya justru sukses mendapat tiket final ke London setelah menang 3-1 melawan tim dari Cina. Semua itu nggak lepas dari peran Bepe dan Firman. Saya menyaksikan sendiri, ketika tim Sadewa mulai putus asa dari kekalahan beruntun, tidak ada teguran keluar dari kedua pelatih. Firman dengan santai bertanya, “Menurut kalian, apa kendalanya?” Dan Bepe dengan penuh kebapakan ((KEBAPAKAN)) memberi petuah, “Jangan ada saling menyalahkan, sekarang mari kalian bermain seperti kalian bermain di Indonesia.”
Jreng! Ajaib! Semangat Sadewa langsung berkobar. Abis ini Bepe dan Firman kayaknya perlu jadi duo pelatih tim nasional. Nggak perlu pelatih asing. Ya ya ya, mungkin pelatih asing dianggap punya “ilmu” taktik dan strategi yang lebih mumpuni, tapi mereka nggak bisa Bahasa Indonesia. Sedangkan ketika terjatuh dan tak bisa bangkit lagi, paling bener ya dimotivasi oleh bahasa sendiri. Pengalaman. Haha! Kalo ada murid curhat karena merasa nggak bisa-bisa belajar Bahasa Inggris, yang mereka mau ya disemangati pake Bahasa Indonesia. Lebih nyaman, lebih menyentuh. #asek
Nah, baiklah. Berhubung Sadewa akan melawan tim AIA Citi Thailand, dan Cina ditantang Australia-Selandia Baru, berikut adalah hal-hal yang perlu diperhatikan. Simak.
Ini adalah opini sotoy hasil mondar-mandir nonton laga tim lain. Jangan dimasukin hati. Lemesin shay!
1. Tim Thailand punya dua kekuatan besar. Pertama, permainan mereka rapat, cepat dan dua, didukung oleh para penggemar yang begitu niat bersorak-sorai. Serius! Mereka solid banget kalo bawa negara. Di final Piala Suzuki AFF tahun lalu, Indonesia kalah lawan negeri gajah putih ini. Pendukung di stadionnya itu bikin merinding, nggak ada yang bawa embel-embel klub lokal. Semua cuma untuk Thailand. Inget kan ada insiden Lestaluhu nendang bola ke bangku cadangan Thailand? Kalo itu terjadi di Indonesia, segala sumpah serapah dijamin keluar. Tapi pendukung Thailand malah meredam suasana dengan meneriakkan lantang nama “INDONESIA! INDONESIA!” So, AIA Indonesia sih harusnya bawa fans banyak juga, biar nggak kalah seru dari pendukung AIA Thailand. *sejatinya ini adalah kode supaya yang kemarin ikut ke Hong Kong diundang lagi ke London*
[Baca: Final Piala AFF Suzuki 2016: Tunjukkan Nasionalisme di Thailand]
2. Tim Cina menang karena keberuntungan semata. Yah, kayak waktu Portugal menang Piala Eropa kemarin itu lah. Bisa jadi karena bersyukur banget sukses masuk final, mereka bakal on fire di London nanti.
3. Tim Australia-Selandia Baru jago intimidasi dan manipulasi. Cina kudu hati-hati sama yang bernama Stenhouse. Muka dia di lapangan garang, tanpa senyum. Cuma liat wajah dan perawakannya aja kita bisa dibikin jiper. Pinter nyembunyiin perasaan doi, padahal mah kalo senyum manis. *eh ini apa??* Jangan juga termakan “ketampanan” si Clayton. Itu taktik dia. Terlihat begitu unyu dan gemezin, ditambah badan mungil, kita jadi nggak tega nge-body ye kan. Pendukung mereka nggak seberapa, tapi mereka punya tenaga luar biasa.
Nakula. Sadewa.
Nakula diceritakan punya ilmu yang membuatnya tidak pernah lupa hal yang pernah diketahui. Maka meski langkah kalian sudah terhenti, ingatlah hari di mana kalian telah berjuang keras untuk AIA Indonesia.
Sadewa dikenal sebagai ahli astronomi dan sangat luwes menyamar. Maka, luwes lah bermain di lapangan White Hart Lane. Dan percayalah, bintang-bintang yang kalian lihat nanti di pesawat menuju London, akan menuntun kalian berdiri di podium sebagai juara pertama.
Izinkan saya mendukung dari ibu pertiwi.
AIA Indonesia, AIA Indonesia, kuyakin juara di Britania Raya, AIA Indonesia~~ (dinyanyikan dalam nada chant Stefano Lilipaly)
Wah, keren sekali videonya, pantesan menang.
BTW di video itu ada mas-mas main gitar. Apakah itu pengamen yang dulu pernah mbak ceritakan ?
Iya betul Mas. Itu si Bang Kodok yang pernah saya ceritakan.
Wah keren ya, baru tau aku sama team Nakula dan Sadewa . Ketinggalan info banget nih hehehe..
Ini tim bentukan khusus AIA Championship saja. Tapi doakan mereka jadi bibit-bibit untuk tim nasional nanti.