Sore itu udara di Hong Kong mulai dingin. Pertandingan AIA Championship 2017 yang sukses membawa AIA Indonesia melaju ke London baru saja selesai. Perut kami lapar. Maka kegalauan mulai terasa tatkala bis membawa kami menuju tempat makan malam. Galau kapan sampainya, kapan perut yang keroncongan ini akan diisi.
Pemandu wisata kami bilang kalau restoran yang kami datangi adalah bangunan terapung legendaris. Dahulu kala saat Inggris masih menjajah Hong Kong, Jumbo (nama restoran tersebut) merupakan tempat para orang top kerajaan Inggris makan-makan hidangan Cina, termasuk Ratu Inggris yang hobi dimsum.
Tak heran saat di dermaga saya tak bisa menahan decak kagum. Bahkan dari kejauhan pun kemegahan restoran Jumbo sudah begitu memancar. Berdiri kokoh dengan lampu-lampu yang gemerlapan, seperti rumah emas saja.
Setiba di sana, desain nuansa Cina terasa begitu kental, dominasi merah dan keemasan dengan pilar-pilar raksasa. Memasuki bangunan, menaiki tangga-tangga kuno… saya terpukau. Terlebih pada lukisan di dinding yang begitu besar, cantik dan tak bosan-bosan dipandang.
Ukuran restoran Jumbo, sesuai namanya, memang luas. Diterangi lampu yang nyaman di mata, kami berjalan ke arah pojok kanan belakang. Beberapa meja sudah disediakan khusus. Saya menghempaskan tubuh penuh kelegaan. Akhirnya bakal makan juga. Ekspektasi saya akan masakan yang disediakan melambung. Rasa semangat muncul ketika pelayan datang membawa semacam bubur jagung sebagai pembuka. Rasanya… aneh. Manis dan asinnya nanggung. Ah, saya kurang suka.
Berturut-turut nasi putih, sapi lada hitam, tumis sayur, daging mede, ikan asam manis dan udang telur asin disajikan di atas meja bundar. Saya mengeruk nasi dalam-dalam, dan mengambil setiap hidangan dalam porsi kecil-kecil. Satu suapan, dua suapan… ternyata rasanya nggak lebih enak dari masakan rumahan nyokap. #TeamMasakanEmak
Tapi ya, karena memang lapar, saya tetap makan banyak. HAHAHA! Toh bukan karena tidak enak. B aja alias biasa. Selama perut kenyang, hati tetap senang ye kan. *anaknya bijak banget*
Langit sudah gelap saat kami selesai makan. Kembali kami menaiki feri. Perlahan-lahan kapal bergerak maju, dan restoran Jumbo terlihat makin gemerlap. Saya tersihir dalam pesona yang membuat saya teringat keluarga di Depok.
Ah, meski lidah ini tidak terlalu puas, suatu waktu saya ingin ajak mereka ke sini, melihat keagungan masa lalu yang tampaknya tidak terkikis waktu. Apalagi ada jasa foto dengan kostum ala zaman kekaisaran, Mama saya pasti suka!
Kayaknya pernah liat resto ini di film mba, tapi lupa apa.. Tetep ya mba #teammasakanemak 😀
Mungkin filem Jacky Chan yak. Iya aku mah masakan Mamak saja.