Privet!
Hari yang saya tunggu akhirnya tiba. Setelah terpilih menjadi relawan di Piala Dunia 2018 Rusia, ditambah minggu-minggu penuh ketegangan karena belum mendapat sponsor untuk membeli tiket ke sana, akhirnya segala urusan lancar dan saya pun akan berangkat ke Negeri Beruang Merah.
Penerbangan dari Jakarta jam 22.45 dengan Garuda Indonesia tepat waktu. Saya diantar Bebeb dan sempet waswas akan telat check-in karena jalanan macet banget. Orang-orang sudah mulai mudik dan Depok – Soekarno Hatta memakan waktu 4 jam!
Selama di pesawat saya bisa tidur lama dan nyenyak. Syukurlah, karena selama tiga minggu sebelumnya saya bener-bener selalu tidur lewat jam 2 pagi. Insomnia yang diakibatkan waswas rumah kemalingan karena si Bebeb dinas. Bangun-bangun, di luar sudah terang, papan penunjuk menginfokan kalau 6 jam lagi pesawat akan tiba di Amsterdam. Ya, saya memilih penerbangan dengan transit 5 jam di Belanda, lalu lanjut ke Saint Petersburg sebelum akhirnya lanjut ke Kazan, kota saya akan bertugas.
Dua film menemani saya mengisi waktu hingga mendarat. “Coco” yang jadi favorit saya tetep bikin mewek, begitu juga dengan “Love, Rosie” yang diadaptasi dari novel karya penulis kesukaan saya, Cecelia Ahern.
Tiba di Amsterdam hal pertama yang saya lakukan adalah mencari jaringan wifi. Saya perlu mengabarkan keluarga dan teman di Indonesia, dan tentu saja tidak lupa meng-update media sosial. Setelahnya, karena waktu masih panjang, saya mampir membeli beberapa oleh-oleh yaitu stroopwafels (kue khas Belanda), tempelan kulkas bertuliskan Amsterdam, tatakan gelas bergambar lukisan karya pelukis Belanda Vincent Van Gogh, serta pajangan kecil berbentuk bangunan tua khas Amsterdam.
Pesawat KLM yang mengantar saya ke Rusia terbang sedikit terlambat dari jadwal, tapi pilot berkata bahwa dia akan bikin kami tetap tiba tepat waktu. Bener aja dong bok, pas mau mendarat doi ngebut banget sampe saya enek mau muntah. Tapi segala kemualan itu hilang seketika setelah saya mengambil bagasi, bertemu dengan supir hotel, dan menghirup udara di Bandara Pulkovo, Saint Petersburg.
Valerii, demikian nama supir saya, bisa berbahasa Inggris dan ternyata dia pernah ke Jakarta beberapa kali. Dia bilang dia balik ke Rusia karena pada akhirnya nggak tahan dengan cuaca panas. Valerii menyarankan saya untuk istirahat selama dua jam di hotel, lalu malamnya pergi untuk menikmati suasana kota dengan berjalan kaki. Hotel yang saya sewa, kebetulan memang di pusat kota.
Ngomongin hotel, Stasov Hotel yang saya sewa ini asli keren banget. Dari luar cuma keliatan satu pintu kecil yang letaknya di bawah tangga, tapi dalamnya… mengingatkan saya akan tempat tinggal di film-film perang. Rupanya memang hotel ini dulunya apartemen, dibangun di abad ke-17. Meski sekarang sudah direnovasi, tetap saja ada kesan kuno yang bikin saya membayangkan kehidupan orang-orang di masa lalu. Saya rekomendasikan hotel ini kalo kamu mau nginep di Saint Petersburg, karena selain lokasinya yang emang strategis, staff-nya juga ramah, bisa Bahasa Inggris, nolongin banget kalo kita nanya tempat, dan hotelnya juga bersih dan wangi.
Lalu, ngapain aja saya di Saint Petersburg? Saya cuma menjelajah kota, tapi ya ampun seneng banget karena kotanya cantik! Bangunan-bangunan tua berderet di sepanjang jalan dan sungai; saya juga sempat melihat jembatan terangkat di tengah malam supaya kapal bisa lewat, main ke salah satu taman terbaik di dunia (Peterhof), mampir beli souvenir di toko buku yang gedungnya dulu merupakan perusahaan mesin jahit Singer, serta mendapat kebaikan dari warga Rusia asal Palestina (dua kali saya ditraktir makan malam, bahkan sempat dibekali pizza dan kue untuk Sahur).
Saint Petersburg, meski hanya satu malam, kota ini meninggalkan kesan yang cukup dalam.
Nantikan cerita saya selanjutnya ya! Dan cek hestek #CatatanRelawanPialaDunia di Instagram untuk melihat foto-foto kegiatan saya di Piala Dunia FIFA 2018 Rusia.
Dasvidaniya!
Ditunggu kelanjutannya, mbak 🙂 salam kenal.