Privet!
Nggak terasa setahun telah berlalu dan saya bisa kembali lagi ke Kazan untuk menjadi relawan di Piala Dunia FIFA 2018 Rusia. Saya tiba di Bandara Internasional Kazan jam 1.50 pagi. Setelah cukup lama menunggu bagasi, saya dan Rihab (relawan asal Algeria yang terbang bersama dari Saint Petersburg) keluar untuk memesan taksi. Tapi, sama seperti tahun lalu di Piala Konfederasi FIFA 2017, ada relawan bagian bandara yang menyambut. Andre memegang dua lembar kertas masing-masing bertuliskan nama saya dan Rihab. Lalu setelahnya berbondong-bondong relawan lain datang dan membantu kami memesan taksi menuju Universiade Village, asrama tempat tinggal para relawan.
Saya cukup beruntung menjadi yang pertama datang untuk kamar nomor 228 di gedung nomor 23. Dengan leluasa saya bisa membuka koper, merapikan pakaian di lemari, meletakkan segala keperluan selama sebulan, dan pastinya, memilih tempat tidur yang saya mau.
Setelah semua beres saya mandi air hangat, tidur, dan bangun untuk siap-siap mengambil kartu akreditasi serta seragam. Hmm… Enaknya tidur bergelung selimut tebal di cuaca dingin enam derajat Celsius. Amra (relawan asal Bosnia) datang nggak lama setelah saya bangun dan membawakan oleh-oleh dari Kanada. Saya bagi dia stroopwafels yang sempat saya beli di Bandara Schipol Amsterdam.
Oh iya, satu teman sekamar saya juga datang beberapa jam setelah saya tidur. Namanya Anna dari Latvia. Kami bertiga (saya, Amra, Anna) pergi bersama ke Accreditation Center untuk mengambil kartu lalu menuju Volunteer Center untuk menerima seragam.
Kami berjalan santai karena cuaca siang itu menyenangkan. Langit biru dengan gumpalan awan seakan-akan memayungi langkah kami. Ada kejadian unik di trem. Seorang lelaki Rusia bertanya dari mana asal kami, lalu dia tiba-tiba menawarkan sebotol Sprite yang isinya udah diganti Vodka. Dia bilang ini minuman dari negaranya. Dan tiba-tiba dia ngasih saya bawang Bombay untuk ditanam, dan minta foto bersama. Sungguh menarik bukan? Hari pertama yang penuh warna.
Kelar urusan kartu dan seragam, saya dan Anna pergi ke supermarket untuk membeli beberapa keperluan, sedangkan Amra lanjut bekerja. Pembersih muka saya ketinggalan di Indonesia, jadi saya pun harus beli dan saya memilih produk asli Rusia. Untung Anna bisa Bahasa Rusia jadi dia membantu saya mengartikan tulisan di botol.
Kembali ke asrama saya bergegas mencuci pakaian kotor dari perjalanan dua hari di Saint Petersburg. Asrama kami memang menyediakan mesin cuci untuk dipakai bersama. Ada dapur juga.
Malamnya, saya ditraktir Abbos, bocah Uzbekistan yang lagi kuliah kedokteran, makan kuritza kartoshkoi. Wagelaseh akhirnya setelah setahun bisa juga ketemu makanan ini lagi. Suka banget saya. Semacam kulit kebab namun jauh lebih tebal, atau mungkin pita bread, diisi kentang goreng dan potongan ayam, disiram saus khusus. Niqmat.
Bodohnya, malam itu saya dengan percaya diri keluar asrama pake sendal jepit. Coy udara 8 derajat Celcius dan otomatis ini kaki serasa ditusuk-tusuk macam kesemutan. Haha!
Anyway, it’s good to be back!
[Baca: Kazan yang Kurindukan]
Nantikan cerita saya selanjutnya ya! Dan cek hestek #CatatanRelawanPialaDunia di Instagram untuk melihat foto-foto kegiatan saya di Piala Dunia FIFA 2018 Rusia.
Dasvidaniya!