Privet!
Pertandingan pertama yang dimainkan di Kazan adalah Prancis melawan Australia jam 1 siang waktu setempat, di tanggal 16 Juni 2018. Kami para relawan bagian ticketing sudah harus siap di posisi kerja masing-masing sejak jam 7 pagi. Lumayan heboh, secara trem terpagi sudah langsung diserbu relawan lain yang udah berjubel di halte, bikin saya, Jihuai, dan gerombolan lain harus nunggu trem jam 6.15. Saya pikir, udah pasti telat ini deh. Nyampe halte trem terdekat stadion aja butuh perjalanan setengah jam belum termasuk jalan kaki. Walhasil dugaan saya bener, tapi karena terlambat rame-rame, dimaklumiii!
Setelah briefing singkat dan pembagian tugas dalam udara pagi berangin dingin (yes kami ngumpul di luar kantor yang dinamai Aquatic Palace), kami pun pergi sarapan bersama di Volunteer Center. Saya kebagian kerja di kantor, yang mana berdasarkan pengalaman itu ada lah tugas yang sangat membosankan karena cuma berdiri nunggu sampe ada penonton yang bermasalah dengan tiket.
Tiga jam sebelum pertandingan dimulai, saya dan tim bersiap di Stadium Ticketing Center (STC). Waktu berjalan lambat karena nggak banyak yang bisa dilakukan. Secara umum STC adalah tempat untuk masalah tiket serius, dan ini jarang banget terjadi.
Sepuluh menit menjelang kick-off babak pertama Prancis melawan Australia, kesempatan untuk mendapat petualangan datang. Ada remaja asal Cina yang belum memegang tiket (tapi udah beli), dia baru aja sampe Kazan, dan berpikir mungkin akan bisa mencetak tiketnya di stadion. Tentu saja nggak bisa. Liaorui, nama si remaja, melewatkan bagian tentang pengambilan tiket fisik yang hanya bisa dilakukan di bandara dan Ticket Collection Center yang ditentukan.
Nih anak nggak punya uang Rubel, nggak tau lokasi pengambilan tiket di mana, dan sebentar lagi babak pertama mulai. Saya tanya ke pimpinan, “Pak Sergey Komarov, boleh nggak saya anter dia ngambil tiket?” Lumayan kan bisa keluar kantor, begitu pikir saya. Izin pun dengan mudah saya kantongi.
Salah satu relawan yang tadinya ogah ikut, akhirnya memutuskan ikut. Namanya Raliia. Kami bertiga pun bergegas menuju ke jalan raya untuk memesan taksi. Harus jalan lama dulu sekitar 15 menit karena jalanan banyak ditutup selama pertandingan. Aduh ya, asli saya ngos-ngos-an karena Liaorui ambisius banget mau segera cetak tiket. Begitu keluar dari taksi dia lari aja dong, padahal tau juga nggak di mana tempat nuker tiketnya.
Singkat cerita, kami sampai ke tempat pengambilan tiket dan Liaorui langsung cetak semua tiket yang udah dia pesan. Ada total 6 pertandingan. Kami kembali bergegas ke jalan raya, memesan taksi, berhenti di lokasi terdekat stadion, dan saya bilang ke Liaorui, “Kamu boleh lari sekarang, saya dan Raliia akan jalan kembali ke kantor.”
Dan tunggang langgang lah dia…
Saya dan Raliia berbincang-bincang selama perjalanan, merasa puas karena bisa melakukan hal yang lebih untuk membantu penonton. Sesampainya di kantor, Pak Sergey Komarov mengizinkan kami untuk ke stadion dan menonton sisa pertandingan. Percaya nggak? Di sana kami bertemu Liaorui lagi! Dia berhasil sampe lima menit sebelum babak pertama selesai, dan bisa menyaksikan keseluruhan babak kedua.
Mau nonton videonya? Cek di sini:
Nantikan cerita saya selanjutnya ya! Dan cek hestek #CatatanRelawanPialaDunia di Instagram untuk melihat foto-foto kegiatan saya di Piala Dunia FIFA 2018 Rusia.
Dasvidaniya!
Menyenangkan kak! 💪😀
100 persen menyenangkan. Haha…
Iyaaa luar biasa banget aku sampe sekarang masih suka nggak nyangka.
Wow, serunya jadi relawan di ajang Piala Dunia. Keren! Pastinya banyak cerita suka (pun duka), hehe. Ditunggu cerita2 lainnya 🙂
Terima kasih udah mampir yaaa. Karena sukanya banyak, dukanya nggak terasa. Hehe… Paling cuma kangen makanan Indonesia dan kalo pas kerja harus siap berdiri 6 jam tanpa duduk.
Seruuuu…
Your Russian friend is cute…😄😄😄
Please say hello to her from me…🙌
Baikkk.
Just 2 valounters are wearing hijab?
Ada beberapa sepertinya 6 atau 7.
Banyak juga ya?