Privet!

Pertandingan kedua yang berlangsung di Kazan adalah antara Iran melawan Spanyol, tanggal 20 Juni 2018 jam 7 malam waktu setempat. Sejak beberapa hari sebelumnya kami sudah dikabari kalo akan ada 15,000 pendukung Iran hadir di Kazan Arena. Dan benar saja, ketika saya bertugas hari itu, pendukung Iran begitu membanjiri stadion, mengalahkan pendukung Spanyol.

Sebelumnya, saya mau berbagi pendapat nih, dan semoga apa yang saya tulis nggak menimbulkan kontroversi. Waktu melihat wanita Iran di stadion, saya merasa bersyukur jadi Muslim di Indonesia karena jilbab bukan paksaan; memakai jilbab adalah keputusan pribadi yang dihargai negara. Saya awalnya kaget melihat foto Fan ID (kartu identitas masuk stadion sekaligus visa selama Piala Dunia) mereka yang semuanya berjilbab, tapi ketika mereka datang, rata-rata berpakaian terbuka bahkan ber-hot pants dan ber-tank top. Rupanya, di Iran itu wajib memakai jilbab bagi Muslim wanita. Kalo nggak, maka ada hukumannya. Jadilah mereka yang mungkin belum mau memutuskan berjilbab, pada berpakaian terbuka ketika nggak di negara sendiri.

Pantas saja, beberapa kali saya membaca artikel yang menyebutkan kalo wanita Muslim dipaksa berpakaian tertutup, pasti saya selalu mengernyit karena saya nggak merasa adanya paksaan itu di tanah air. Saya belum “mengenal” Iran. Namun, saya tidak bermaksud menghakimi. Apa yang saya lihat, saya anggap satu pengalaman yang membuka mata saya tentang dunia yang luas ini. Dengan atau tanpa busana tertutup mereka, wanita-wanita Iran sangat murah senyum, ramah, dan menyenangkan!

Oiya, tugas saya kali ini berbeda dengan pertandingan sebelumnya. Ticketing Clearing Point, itu nama tempat saya bekerja. Kali ini saya membantu kalau-kalau ada tiket yang gagal dipindai di pintu putar. Faktanya tentu saja saya melakukan hal lain, seperti menyapa penonton yang datang, memberi tahu lokasi gerbang yang tertera di tiket, dan bahkan membantu penonton yang kehilangan tiketnya.

Seorang pendukung Iran begitu terpukul karena tidak bisa menemukan tiket pertandingan yang sedari tadi dia pegang. Entah karena terlalu bersemangat, hingga tiket tersebut tercecer entah di mana. Teman setim saya, Amira, membawa beliau ke bagian Lost & Found untuk melaporkan. Saya turun ke bawah ke bagian Lost & Found lainnya untuk cek kali-kali aja ada yang menemukan tiket tersebut dan membawanya ke sana.

Ketika pertandingan dimulai, tiket beliau belum juga ditemukan. Kami mengajaknya nonton dari TV yang bisa dilihat dari luar gerbang masuk. Air mata mulai menetes dan mengalir di pipinya. Sesekali kami mengecek ulang ke bagian Lost & Found, berharap ada kabar baik.

Menjelang akhir babak pertama, kami menerima kabar kalau tiket si bapak telah ditemukan dan sedang dibawa menuju lokasi kami berada. Waaahhh!! Tak henti-hentinya beliau mengucap terima kasih dan bahkan bersujud ketika tiket diterima kembali. Kamu bisa tonton video saya hari itu di bawah ini. Kebetulan saya banyak merekam kegiatan, lalu oleh Narasi.TV-nya Najwa Shihab dibikinin dokumentasinya. Aih senang karena videonya baguuus!

Dengan hati puas saya menyelesaikan tugas. Lagi-lagi bisa membantu lebih, seperti ketika saya membantu Liaorui (remaja asal Cina) yang datang ke pertandingan Prancis lawan Australia tanpa tiket di tangan. Tepuk tangan untuk teman-teman setim saya yang punya jiwa menolong tinggi, yang mau repot-repot ke sana ke sini demi bisa menyukseskan pekerjaan.

[Baca: Sepotong Cerita di Hari Kerja]

Nantikan cerita saya selanjutnya ya! Dan cek hestek #CatatanRelawanPialaDunia di Instagram untuk melihat foto-foto kegiatan saya di Piala Dunia FIFA 2018 Rusia.

Dasvidaniya!