Awal Januari kemarin saya diajak Yuswo ke Wonogiri untuk mengunjungi Pak De. Bukan hanya kami berdua yang berangkat, keluarga kakak-kakak ipar saya juga pergi. Jadilah kami semua berkendara satu mobil van dari Yogyakarta. Waktu kami padat, hanya tiga hari. Dua hari kami pergunakan untuk keperluan temu kangen, lalu sisa hari terakhir saya paksa Yuswo untuk ngajak saya makan di Yogyakarta. Dengan menyewa motor, kami berdua menghabiskan waktu dari pagi sampai sore untuk memuaskan perut.
Perhentian pertama kami adalah Sate Klathak Pak Pong. Sebenernya sih, saya pengen nyoba Sate Klathak Pak Bari yang ada di film Ada Apa Dengan Cinta 2. Sayang, dia buka malam. Dari pusat kota ke Sate Klathak Pak Pong memakan waktu setengah jam. Selain Sate Klathak, kami memesan Tengkleng dan Otak juga. Buat yang belum tau, Sate Klathak ini merupakan daging kambing yang ditusuk oleh tusukan seperti jeruji ban sepeda. Ketika dibakar, ada bunyi thak thak thak. Dagingnya cuma dibumbui garam aja padahal, tapi enak banget!
Puas di Sate Klathak Pak Pong, perhentian kedua kami adalah Mangut Lele Mbah Marto. Mangut Lele ini semacam Lele Asap trus dicabein. Khas masakan rumahan banget deh. Lelenya enak, pedas sampe bikin saya banjir keringat. Rumah makannya nggak ada pelayan, kita masuk sendiri ke dalam rumah dan ambil makanannya sendiri di dapur. Katanya sih, Mbah Marto sudah sakit dan tidak memasak lagi; anaknya yang menggantikan. Pesanan kami lele tiga, nasi satu porsi, pete sepapan, es teh manis dua gelas, semua seharga Rp. 55,000. Untuk menuju ke Mangut Lele Mbah Marto kalian tinggal pake Google Maps aja, ketik: Mangut Lele Mbah Marto. Nanti titiknya itu nggak pas di tempat makan, tapi depan kandang domba. Majuan dikit, belok kiri, nggak usah takut salah jalan kalo kalian masuk gang karena emang lokasinya di gang. Ada poster petunjuk yang cukup jelas jadi nggak akan nyasar.
Rasanya, sudah cukup saya dan Yuswo makan berat. Kami pun kembali ke pusat kota untuk menikmati gelato, alias es krimnya orang Italia. Kami memilih Tempo Gelato. Yuswo memesan cinnamon dan vanila yang rasanya sesuai dengan namanya, jadi nggak ada yang spesial-spesial amat. Sedangkan pesanan saya kemangi dan coklat pedas. Rasa kemanginya seger weyyy! Asem. Coklatnya kayak coklat pahit yang ada sentuhan rasa pedas cabe bubuk. Buat saya, ukuran mangkuk paling kecil sudah bikin kenyang. Bisa diisi dua rasa dan gelato-nya padat.
Kelar di Tempo Gelato, dan kebetulan masih ada waktu sampai jam kami berangkat ke bandara, kami memutuskan untuk mampir ke restoran Mediterranea by Kamil. Burger dan pizza jadi hidangan terakhir di hari itu yang mengisi perut kami. Untuk rasa, biasa aja sih. Tapi karena kami mencari suasana yang nyaman, bisa dipakai santai dan boleh berlama-lama, kami puas menghabiskan waktu di sini.
Dan… udah deh! Berakhirlah petualangan rasa saya dan Yuswo di Yogyakarta. Meski cuma sehari, lumayan. Setidaknya bisa keliling Yogyakarta tipis-tipis sambil menikmati beberapa kulinernya yang lezat!
Looks yummy! Thanks for sharing kak, bisa jadi referensi kulineran pas ke Jogja lagi.