Inilah Kenapa Saya Pintar Bahasa Inggris

Standard

Update: Sejak Mei 2015 ILP Depok resmi tutup. Belajar Bahasa Inggris di mana? Cari tau tips-nya di sini.

Pagi ini saya iseng-iseng membereskan segala macam ijasah, sertifikat dan dokumen masa-masa sekolah. Terselip diantara itu semua, setumpuk report books waktu saya masih belajar Bahasa Inggris di salah satu tempat les ternama di Depok. Masuk bulan Mei 2000, level saya adalah Basic 1. Pembelajaran saya selesai di Agustus 2003, level CAE 1.

International Language Programs (ILP) Depok adalah tempat dimana saya bisa merasakan belajar yang berbeda. Sejak SD orangtua saya rajin mendaftarkan saya ke tempat les Bahasa Inggris, tapi tidak ada satu pun yang bertahan lama. Cuma di ILP saya betah sampai 3 tahun lamanya…

Guru-gurunya menyenangkan dan bahkan sampai sekarang kami tetap berhubungan. Saya ingat sekali waktu di Basic 1, guru saya bernama Mrs. Hetty. Beliau pernah mengajar Present Simple menggunakan gambar Joshua Suherman, artis cilik kesukaan saya dulu. Lalu di Basic 2, saya mendapat guru yang agak membosankan tapi lumayan ganteng –Mr. Imam. Sungguh perjuangan keras menghafal Past Simple Tense! Di Basic 3, lagi-lagi saya bertemu Mrs. Hetty dan setiap ada ujian pasti beliau selalu pasang lagu-lagu Westlife. Selama di level Basic, saya ini paling jarang ngomong Bahasa Inggris. Malu, nggak pede. Barulah di Intermediate 1 saya berani menunjukkan keberanian, lantaran pas ngambil rapot Basic 3, Mrs. Hetty bilang saya pasti nggak naik kelas kalo ngomong Bahasa Indonesia mulu.

Intermediate 1 dengan Mr. Joe was so much fun. Dengan dia, saya sangat menguasai pelajaran Passive Voice. Sampai sekarang, kalo lagi ngajar materi ini ke murid, saya pasti ingetnya sama Mr. Joe.  Di Intermediate 2, guru saya adalah Mrs. Ria. Nantinya di tahun-tahun ke depan beliau menjadi “Mama” saya. Dari Mrs. Ria saya belajar satu hal bahwa penyebutan nama murid ketika menulis komentar di buku rapot adalah sesuatu yang membuat si murid merasa “spesial” dan dikenal. This was her comment: “Mit… Be more serious in class, you are in higher level now. Show them that you speak English well. (July 18th, 2001)

Mr. Sainur… Ah, kata bulat dan kocak rasanya begitu tepat mengungkapkan tentang beliau. Di level Intermediate 3 bersama beliau, saya menikmati belajar “If” Conditionals. Di level PIES, saya mendapat guru yang lemah lembut bernama Mrs. Ika. She called memy curly-faced girl“. Saya ingat beliau baru mau membolehkan kami pulang kalo sudah bisa menjawab apakah kalimat yang dia bacakan termasuk Defining atau Non-Defining Clause. Level berikutnya –AES– lagi-lagi saya diajar Mrs. Ika. Despite dan In Spite adalah salah satu materi yang saya pelajari di level tersebut.

Di FCE 1 saya bertemu guru yang saya sebut “asik”. Namanya Aryo. He loves Brasil. Di rapot dia menulis: “Mita, you still need to improve your spoken skills, your written skills are good. Have fun in FCE 2 (and in Medan!!). Viva Brasil!” Hahaha…

Mrs. Irra -dulu masih Miss Irra– mengajar saya di level FCE 2, tapi hanya setengah term. Di hari pertama, kelas kami berdiskusi tentang pengalaman kami diganggu jin. Entah kenapa saya merasakan Bahasa Inggris Mrs. Irra bagus banget, jadi kalo ngomong ke dia saya selalu takut salah.

Sisa term FCE 2 diselesaikan oleh Maria. Beliau juga mengajar saya di FCE 3. Saya sangat tersanjung dengan komentarnya di buku rapot. Beberapa tahun kemudian, saat menjadi guru di ILP, baru saya menyadari kalo kata-kata itu cuma jiplakan dari cara standar penulisan yang ILP sarankan. I still love her anyway! 😀 Beliau baik sekali, nggak segan-segan membagi ilmu mengajarnya untuk saya, membuka pintu untuk saya mengajar privat walaupun saya mungkin sempat mengecewakan beliau karena nggak langgeng mengajar di tempat yang beliau sarankan. She is the woman that I will always remember when someone asks about the person who has inspired me to teach English.

Saya mengenyam level terakhir CAE 1 bersama hmmm… I’m not sure, saya agak lupa. Namanya mungkin Mrs. Wati. Guru saya ini sering berpergian ke luar negeri sejak kecil dan dia kaya akan perbendaharaan kata! Dia punya banyak cerita dan mengajarkan saya cara menggunakan pendulum untuk memeriksa apakah ada hantu atau tidak di satu ruangan.

Mengenang begitu banyak tahun yang saya lewati di ILP, saya merasa bersyukur karena dari ilmu yang saya dapat di sana, saya bisa punya penghasilan! :p

28 thoughts on “Inilah Kenapa Saya Pintar Bahasa Inggris

    • Iya saya dan teman-teman mantan guru ILP Depok masih keep in touch. Tapi Mbak lokasi di mana ya? Rata-rata domisili di Depok dan tampaknya mereka sudah gak sempat privat karena sudah pindah kerja ke tempat baru.

    • Hai Nanong, ILP Depok udah tutup dari beberapa tahun lalu. Tinggal ILP Sawangan aja. Di sana saya yakin kualitasnya sesuai dengan ILP lain karena kan ada standar pengajarannya dari pusat.

Leave a comment