Tidak terasa petualangan tiga minggu menjadi relawan di Piala Konfederasi FIFA 2017 harus berakhir. Portugal melawan Chili jadi pertandingan penutup di stadion Arena, Kazan. Hari itu menjadi hari di mana perasaan saya campur aduk. Tidak rela berpisah dengan teman-teman, tentu saja. Kangen keluarga di Indonesia, iya juga.
Tapi begitulah kehidupan bukan? Ada perjumpaan, ada perpisahan. Di hari terakhir, sebisa mungkin saya bersenang-senang, menyapa, ngobrol dengan sesama relawan lain lebih banyak dari biasa. Setiap potong kenangan di Rusia ingin saya simpan manis dalam ingatan.
Usai briefing siang, saya dan teman-teman dari function Ticketing berfoto bareng di depan Palace of Water Sports, bangunan berdinding desain permukaan air yang jadi “markas” kami selain Volunteer Center. Dari situ saja kami sudah mulai kangen-kangenan.

Tim Ticketing.
Sore itu saya bekerja di dalam stadion bersama Irek, Raniia dan Mileyasha. Sebelum bertugas, saya dan Raniia menyempatkan diri berjalan mengitari stadion. Langkah kami pelan, mata kami menyapu ke seluruh sudut yang didominasi warna putih, merah, hijau. Ah, kurang dari 24 jam semua ini akan terasa jauh karena tepat keesokan hari saya akan terbang ke Moskow, Bangkok, lalu mendarat di Jakarta.
Di jam-jam selanjutnya -aneh- energi saya melimpah; menjadikan tawa saya kelewat keras, dan air mata terlalu banyak jatuh. Stadion penuh sesak, hawa resah akan berpisah sekaligus bersemangat menyambut pertandingan saling tumpang tindih. Saya menyerap segala suara dan pemandangan. Tak terasa air mata menggenang.
Usai sorak sorai atas kemenangan Chili dan keluh kesah kegagalan Portugal 0-3, kami para relawan menyelesaikan tugas yang perlu diselesaikan, lalu berkumpul untuk pesta perpisahan.
Meja-meja bundar di Volunteer Center terisi makanan, suara musik berpendar. Kami mengisi perut, bercanda, menari dan mengucap selamat tinggal. Tiap detik yang lewat memakan waktu kebersamaan kami. Menjelang tengah malam, seluruh relawan berbondong-bondong memasuki stadion, dikumpulkan dalam satu sisi lapangan.

Sumber: Volunteer FIFA 2018 Newsletter
Lautan merah. Dada saya terasa sesak. Seribu lebih orang dari berbagai penjuru bumi berkumpul, mendengarkan pidato ucapan terima kasih dari Presiden FIFA dan bertepuk tangan riuh saat beberapa pemain utama Chili datang memberi selamat.

Sumber: Instagram @welcome_2018
It’s about to end… pikir saya dalam hati. Tiga minggu berharga yang takkan saya lupa. Tiga minggu berharga bersama warga dunia, yang semakin membuka mata saya akan ladang Tuhan. Terima kasih FIFA. Terima kasih Rusia. Sampai jumpa tahun depan di Piala Dunia 2018, insya Allah.
Waaah asiknya dapet kesempatan ke negri orang. Ikut kebayang rasanya sesak gempita saat itu š
Iyaa menyenangkan sekali.
Seru pengalamannya. Yang kebayang dengar kata Rusia selalu dingin. Tapi kalau musim panas pasti cantik juga ya
Musim panasnya juga sejuk. Malam bisa mencapai 10 derajat juga. Hehe…
Keren kegiatannya…apalagi di Rusia. Bisa bergaul dg bnyk bangsa..
Bener banget, yang paling berkesan memang ketemu dengan teman baru.