Hiruk Pikuk Red Square Moskow

Standard

Berpisah dengan Kazan bukan perkara mudah. Terlalu banyak kenangan, terlalu banyak teman yang harus ditinggalkan. Selepas acara perpisahan untuk para relawan Piala Konfederasi FIFA 2017, saya tiba di asrama jam 3 pagi. Langit sudah terang, seperti jam 7 pagi di Indonesia. Saya memutuskan untuk langsung ke bandara meski pesawat saya baru jam 8 nanti. Berat… Dan saya sama sekali nggak mengucapkan selamat tinggal kepada teman-teman satu lantai asrama karena saya pasti akan nangis.

Maka, dalam sepi saya pun menggeret koper besar hijau yang beratnya mencapai batas maksimal itu. Meninggalkan semua di belakang. Menuju halte dan menunggu sampai Uber datang menjemput. Moskow menjadi perhentian pertama, transit 9 jam lalu lanjut ke Bangkok dan Jakarta. Satu setengah jam di pesawat saya gunakan sepenuhnya untuk tidur, dan berpikir di Moskow nanti saya mungkin hanya akan tidur juga. Lelah coy.

Tapi nyatanya, godaan untuk menjelajah kota masih tetap kuat walau badan terasa capek. Setelah check-in di hotel dalam Bandara Sheremetyevo, saya mandi, keramas, ganti baju bersih, tidur kembali selama dua jam dan setelah segar kembali, saya pergi menuju mesin penjualan tiket Aeroexpress. Aeroexpress adalah kereta cepat dari Sheremetyevo menuju stasiun kereta Belorussky. Tiketnya seharga 500 Rubel untuk satu kali jalan. Dari Belorussky, saya lanjut naik satu kereta lagi dan turun di stasiun Teatral’naya, keluar Exit Revolyutsii Square. Jalan kaki sekitar sepuluh menit, sampe deh saya di alun-alun kota Moskow.

Vibe yang saya rasakan tentang Moskow, nggak beda jauh dengan Jakarta. Macet, panas, ramai, hiruk pikuk. Saya langsung kangen Kazan. Mungkin ibaratnya kayak abis liburan di desa di Yogyakarta, trus tau-tau balik lagi ke Jakarta. Mumet. Tapi begitu melihat bangunan-bangunan yang ada, saya bersemangat lagi. Bangunannya khas Eropa banget.

Di tengah lalu lalang manusia (banyak turis Indonesia juga!) saya menatap sekeliling. Ada State Historical Museum, yang dari kejauhan terlihat seperti bangunan terbuat dari biskuit yang disiram gula-gula halus; gereja bernama Our Lady of Kazan, bikin saya teringat Kazan kembali; Spasskaya Tower dengan jam raksasanya, deretan toko dan kafe; dan sedikit bagian dari Kremlin terlihat dari balik benteng berdinding bata merah nan kokoh yang mengelilinginya. Berbeda dengan Kremlin di Kazan, Kremlin Moskow merupakan tempat tinggal resmi Presiden Rusia.

Processed with VSCO with e3 preset

Processed with VSCO with e3 preset

Processed with VSCO with e3 preset

Processed with VSCO with e3 preset

Processed with VSCO with e3 preset

Processed with VSCO with e3 preset

Dari kesemua itu, Saint Basil’s Cathedral menjadi ikon yang paling menyerap pengunjung karena warna-warninya menawan hati. Ada toko souvenir di sini, kalo kamu mengoleksi kartu pos, toko ini menjual kartu pos dengan ilustrasi klasik yang tidak dijual toko souvenir lain di sekitarnya.

Processed with VSCO with e3 preset

Processed with VSCO with e3 preset

Sayang, karena waktu saya singkat, saya tidak sempat masuk ke setiap bangunan yang ada, hanya bisa menikmati dari luar saja. Meski begitu, nggak salah kalo Red Square jadi tempat wajib kunjung kalo kamu ke Moskow. Di tengah hiruk pikuk, tempat ini tetap menawarkan pesona. Penduduk Moskow juga baik hati, dengan bahasa Inggris yang terbatas, mereka berusaha membantu saya menemukan jalan. Bahkan ada yang membelikan saya tiket kereta di stasiun Belorussky. Jadi, segala stereotip tentang orang Rusia nggak ramah, terpatahkan. Memang, wajah mereka ketika diam terlihat agak galak, tapi kalo udah ngobrol dan tersenyum, amboi manis sekali.

3 thoughts on “Hiruk Pikuk Red Square Moskow

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s