Dan Bandung bagiku bukan cuma masalah geografis, lebih jauh dari itu melibatkan perasaan, yang bersamaku ketika sunyi. -Pidi Baiq
Jika selewat Subuh hari itu saya ngotot minta diantar suami ke daerah Jalan Asia Afrika Bandung, merelakan berpisah dari kenyamanan tempat tidur Padma Hotel dan gelungan lengan si Bebeb, tentu bukan tanpa alasan. Tentu bukan HANYA karena ingin berfoto di dinding bertuliskan kutipan dari penulis yang bukunya laku keras itu. Memang, saya mengidolakan Pidi Baiq sekali karena karya Dilan dan Milea-nya, tapi lebih dari itu, tulisan Pidi Baiq membawa ingatan lari jauh ke belakang.
Entah kenapa, belasan tahun lalu, Bandung menjadi kota yang saya datangi beberapa kali ketika masalah melanda, ketika hati ini meminta ruang untuk menyendiri. Datang dengan perasaan tidak tenang, Bandung, meski tidak menyembuhkan lara sepenuhnya, setidaknya berhasil menjadikan saya tetap kuat melalui segala keresahan.
Beberapa tahun belakangan, ada yang aneh ketika saya menginjakkan kaki di Bumi Parahyangan. How do you say it? Mixed feelings, perhaps?
Ya, walaupun enam tahun belakangan saya ke Bandung dengan perasaan penuh bahagia; bulan madu saya dan Bebeb sehari setelah pernikahan kami, bertemu dengan sahabat SMP saya setelah lebih dari sepuluh tahun tak bersua, jalan-jalan ke luar kota terakhir dengan keluarga besar sebelum Mama meninggal; saya tidak bisa sepenuhnya girang ketika kembali ke sini untuk bersenang-senang, karena kenangan pahitnya terlalu melekat. Tapi, saya juga merasa tidak perlu bersedih mengingat apa yang telah lewat, karena ada kenangan indah yang tak kalah kuat.
Itulah kenapa saya merasa perlu datang dan menatap kutipan dengan huruf besar-besar itu. Karena Pidi Baiq, dengan cantiknya menulis apa yang saya rasakan tentang kota ini.
Wah kalau ke Bandung kudu foto di sana ๐
Btw dulu saya ngiranya tulisan itu editan di komputer org yang upload foto itu lho mbak, ternyata emang tertulis di tembok gtu ya ๐
Hihi iya beneran ada, dan kalo suka sama Pidi Baiq, atau punya kenangan khusus sama Bandung, kayaknya wajib dateng ke sini. Pagi-pagi sekali, atau malam-malam sekali. Supaya sepi dan fotonya puas nggak keganggu kendaraan lalu lalang. Haha…
suatu kota kadang punya kenangan indah dan pahit ya, tapi tentu yg indah yang bakal kita kenang
Entah kenapa selalu ada kota yang memberikan kesan seperti itu di dalam hidup kita ya. Dan anehnya, kita sering melangkahkan kaki kembali ke sana. Sebagaimana suka, terkadang duka juga -secara aneh- ‘menyenangkan’ untuk dikenang.
Ah sedap.