Merhaba! Kalau di blog ini banyak tulisan seputar jalan-jalan, percayalah, sebagian besar adalah karena hoki saya gede, begitu kata orang. Bisa traveling ke negara tetangga, tentunya karena sukses berburu tiket promo seharga tiga lembar seratus ribuan, yang dibeli dari setahun sebelumnya. Bisa menginjakkan kaki di Nepal dan Hong Kong, itu karena menang lomba nulis. Bisa main jauh ke Rusia dan tahun ini Qatar, rejeki dari orang-orang baik yang mau mensponsori tiket pesawat saya untuk terbang menjadi relawan di Piala Dunia.
Alhamdulillaah.
Kamis, 17 November 2022. Saya meninggalkan rumah di Depok selepas Subuh untuk menuju Bandara Internasional Soekarno Hatta. Hari itu saya akan bertolak ke negara kecil di Timur Tengah bernama Qatar, dalam rangka menjalankan tugas sebagai salah satu delegasi relawan terpilih asal Indonesia di perhelatan olahraga terbesar sedunia, Piala Dunia FIFA 2022.
Perjalanan yang memakan waktu 8 jam tersebut sangat lancar. Entah kenapa saya selalu merasa ngantuk dan bisa tertidur pulas, sehingga ketika bangun selalu pas di jam makan, setelahnya ya saya ngantuk lalu tertidur lagi. Haha. Belum lagi, sebelah saya adalah seorang warga Inggris yang ramah dan hobi ngobrol bernama Allen, perjalanan saya makin tidak terasa lama. Allen seorang Gooner, sebutan untuk pendukung Arsenal; mantan tentara yang menikah dengan wanita Indonesia. Dia cerita kalau Bosnia adalah zona perang terburuk yang pernah dia datangi, dan ada satu masa di mana dia ditugaskan sebagai sniper dan mau tidak mau harus membunuh seseorang lewat tembakannya.
Tiba di Qatar hari masih terang. Beda waktunya 4 jam dengan WIB. Jadi ketika saya tiba jam 2 siang, di Depok sudah jam 6 sore. Suasana Bandara Internasional Hamad terasa sekali bolanya, terutama karena penonton internasional mulai berdatangan. Saya sempat berpapasan dengan sekelompok orang Meksiko. “Ola Mehiko!” yang saya teriakkan ke mereka berbalas ucapan “OLA!” yang cukup menggelegar. Piala Dunia belum mulai saja, saya udah merinding dengan interaksi semacam ini.
Saya melangkah ke luar bandara untuk naik bus yang akan mengantar saya langsung ke Barahat Al Janoub, akomodasi yang disediakan FIFA dan Qatar untuk relawan internasional. Bus-nya gratis. Dan memang selama pentas sepakbola ini berlangsung, semua transportasi umum digratiskan bagi pemegang Hayya Card, semacam visa masuk Qatar khusus untuk Piala Dunia.
Memandang Qatar dari balik kaca bus, saya seperti melihat ilustrasi cerita nabi-nabi yang menjadi nyata. Bangunan khas berbentuk kotak dengan lahannya yang berupa padang pasir, negara terdatar ke-2 secara geografis ini langsung mencuri hati. Lansekap yang baru pertama kali saya lihat. Meski di dalam bus AC-nya dingin, saya tetap bisa merasakan teriknya matahari di luar.
Setelah kurang lebih 45 menit, bus saya pun tiba di Barahat Al Janoub. Menggeret koper seberat 23 kilo di cuaca panas tentu sempat membuat saya kewalahan. Mana sempet nyasar pula karena kompleks-nya besar sekali. Untung ada jasa mobil gratis yang membawa saya ke Cluster C3 tempat saya tinggal. Dibantu seorang tukang bersih-bersih asal India bernama Sajid, koper saya sukses diangkat melewati 2 rangkaian anak tangga di vila nomor 1.
Harusnya, satu kamar berisi 2 orang. Tapi saya beruntung karena cuma saya sendiri saja yang akan mendiami kamar nomor 11 ini. Mantap! Saya bisa bebas gegoleran. Dengan sisa-sisa tenaga, saya membuka koper dan mulai mengeluarkan isinya. Merapikan barang-barang yang saya bawa dari tanah air, memastikan semua tertata rapi.
Sayup-sayup, saya mendengar suara adzan. Baru jam setengah lima lewat, tapi sudah masuk waktu Magrib. Setelah kamar rapi, saya mandi dan beristirahat sejenak. Ah, akhirnya sampai di Qatar juga. Selama 5 minggu ke depan Qatar akan menjadi rumah saya. Saya tidak sabar menjelajah bumi Allah ini!
Cek juga keseruan saya jadi relawan Piala Dunia FIFA 2022 Qatar di highlights Instagram Stories @PsychoFat!
Lumayan ya, dapat penginapan. Cek di Booking.com tarif hotel di Qatar naik luar biasa saat ini.