Indonesia Batal Jadi Tuan Rumah FIFA U-20 World Cup 2023!

Standard

Seraya mengetik di blog, telepon genggam saya banjir pesan. Sekilas saya lihat datangnya dari WhatsApp dan Instagram. Saya tau apa isi dari pesan-pesan tersebut, tapi saya tidak akan membalas sebelum menyelesaikan tulisan ini.

Saya akan memulai dengan sedikit mundur ke belakang. Sejak pulang dari Qatar sebagai relawan di Piala Dunia 2022, ada hal seru lain yang menanti. Hal yang juga berhubungan dengan sepakbola. Ya, Indonesia menjadi tuan rumah FIFA U-20 World Cup 2023! Berbekal pengalaman menjadi relawan Piala Dunia di Rusia dan Qatar, saya pun rajin sekali mem-posting info seputar menjadi relawan FIFA. Yang lebih bikin saya girang, saya diminta untuk menjadi Pioneer Volunteer di Piala Dunia U-20. Tugas saya adalah mewawancarai kandidat-kandidat yang akan terlibat menjadi relawan di turnamen tersebut. Tentu, ini merupakan kesempatan yang tidak saya sia-siakan. Saya bahkan rela cuti untuk bisa mengisi jadwal-jadwal wawancara baik di Jakarta, Palembang, dan online.

Nggak lama dari itu, saya bahkan mendapat tawaran untuk gabung di Volunteer Management dan menjadi bagian dari Local Organizing Committee. Mengundurkan diri dari pekerjaan guru di English First for Adults pun saya jabanin meski pekerjaan baru tersebut hanya bersifat sementara, yaitu 3 bulan. Saya pikir, kapan lagi Indonesia bisa jadi tuan rumah acara FIFA! Pengalaman itu mahal bukan?

Manusia cuma bisa berencana, namun pada akhirnya sang eksistensi terbesarlah yang menentukan.

Menjelang hari terakhir ngajar, santer terdengar rumor batalnya pengundian fase grup yang akan digelar di Bali. Konon, muncul beragam penolakan dari masyarakat terkait adanya tim nasional Israel, sehingga FIFA meragukan keamanan di Indonesia.

Pesan-pesan meminta konfirmasi banyak masuk ke akun Instagram saya. Wajar, selama ini kan saya selalu berbagi cerita seputar proses wawancara. Namun, karena secara teknis sudah menjadi bagian dari Local Organizing Committee, semua pesan itu tidak saya respon karena belum ada pernyataan resmi. Barulah di hari terakhir kerja, rumor tersebut terbukti. FIFA benar-benar membatalkan pengundian! Instagram saya makin dipenuhi pesan terlebih setelahnya, kasak-kusuk Indonesia akan batal jadi tuan rumah berhembus kencang. Lagi-lagi, saya tidak bisa merespon. Bahkan, untuk memberi opini pribadi di media sosial tidak berani saya lakukan.

Keesokan harinya, saya langsung mulai bekerja di GBK Arena, bertemu dengan tim untuk meeting sejenak mengenai tugas yang perlu dilakukan. Jujur, saya juga kebat-kebit. Jujur, saya juga punya spekulasi-spekulasi sendiri. Overthinking? Jelas. Masa iya baru kerja sehari trus langsung kehilangan pekerjaan? Haha. Tapi sampai detik itu, kami masih mengerjakan apa yang perlu dikerjakan terlepas dari berita-berita yang berseliweran. Sampai kemarin pun kami masih meeting dengan orang FIFA dan saya juga masih melanjutkan pekerjaan saya menyusun buku pegangan relawan.

Barulah beberapa jam yang lalu, pemberitaan resmi itu keluar.

FIFA membatalkan Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20!

Selama beberapa saat, saya cuma bisa diam terpekur. Tentu saja saya nggak ingin mempercayai berita tersebut. I have just started my dream job, something related to FIFA, and in three days I’ve lost it?

Mit, gue baru denger kabar tentang pembatalan Indonesia jadi tuan rumah. Jadi kerjaan lo gimana?

Bunyi salah satu pesan yang masuk.

Well, it’s simple. Local Organizing Committee tak lama lagi nampaknya dibubarkan, dan yes, saya kehilangan pekerjaan. But seriously, no regrets. FIFA has always been a special name for me since my first World Cup dan setelah dipikir-pikir, saya sudah menjadi setitik bagian meski cuma sekedar jadi Pioneer Volunteer selama sebulan dan cuma tiga hari ada di komite ini. Ada banyak hal yang saya dapat mulai dari pertemanan baru, bisa berkenalan dengan ratusan kandidat, menghadapi beragam sifat dan kelakuan, belajar menilai kepribadian dan kesungguhan seseorang, kesempatan tur stadion, bersikap profesional dalam menyikapi rumor, sampai hal-hal seputar ketatnya FIFA dalam menjalankan suatu turnamen. Air di stadion sampe lahan parkir stadion aja diuji kelayakannya!

Sayang banget Miss resign trus sekarang Piala Dunia-nya nggak jadi!

Bunyi pesan yang lain.

Weyy! Nggak ada yang perlu disayangkan. Keputusan untuk keluar dari English First for Adults sudah berkali-kali saya pertimbangkan. Saya sudah bekerja 7 tahun lebih di sana, dan dalam setahun terakhir, tempat kerja saya memang sudah banyak berubah dan perubahan-perubahan tersebut tidak sejalan dengan idealisme saya sebagai guru. Justru, saya menganggap tawaran bergabung dengan Local Organizing Committee ini sebagai jalan Tuhan untuk saya akhirnya mengambil keputusan cabut. Kalo nggak, ya saya mungkin akan tetap bertahan karena masih perlu gaji, tapi sebenarnya sudah nggak nyaman. Don’t get me wrong, I love my students and my teaching job. It’s just the company.

Dan teruntuk kalian, calon-calon relawan, para kandidat yang sudah melewati proses wawancara… Saya tau ini mungkin terasa seperti gagalnya sebuah impian. Saya tau banyak banget dari kalian yang sangat semangat untuk menjadi bagian turnamen. Saya bisa merasakannya dari hasil ngobrol dengan kalian saat wawancara atau interaksi pribadi di media sosial. Tapi ingat, kalo sekarang belum waktunya, padahal kita sudah menyiapkan diri sepenuh hati, saya pengen kalian percaya kalo kalian sedang dipersiapkan untuk sesuatu yang lebih baik. Saya sepertinya udah cukup matang untuk bisa ngomong begini. Banyak pengalaman hidup yang mengajarkan saya demikian. Saya cerita ya…

Saya tuh suka banget Justin Bieber. Satu waktu saya pengen banget nonton konser dia. Kebetulan dia nggak ke Indonesia, paling deket adanya di Australia. Berbekal seluruh tabungan, saya beli tiket pesawat, tiket konser, dan bayar hotel. Semua sudah saya beli sebelum mendaftar visa. Ternyata, visa saya ditolak. Semua uang yang dikeluarkan nggak bisa di-refund tentu. Tapi abis itu saya menang lomba menulis berturut-turut; hadiahnya ke luar negeri tinggal bawa badan sama koper, dapet uang jajan juga. Mungkin Tuhan belum pengen saya ke Negeri Kangguru nonton Justin, Tuhan maunya saya ke Thailand, Hong Kong, dan Singapura dulu.

Saya juga suka banget Manchester United. Waktu itu saya dapat tiket nonton David Beckham coaching clinic di salah satu lapangan di Jakarta. Dalam perjalanan ke sana saya semangat banget sampe gemeter. Tau tau ujan deras dan karena saya bermotor, maka saya pun harus berteduh sampai malam. Tuhan mungkin bilang, “Ntar aja ketemu langsung.” Dan bener aja kan, akhirnya bisa liat Beckham di depan mata, dikasih tanda tangan, salaman, foto bareng pas di belakangnya, bahkan bisa ngendus aroma parfumnya yang wangi.

Lalu, ada Teddy Sheringham. Dia itu kan pemain sepakbola kesukaan saya sepanjang masa ya, tapi saya baru tau dia ada di Indonesia pas menit terakhir! Alias dia udah mau pulang! Saya sampe ngajak temen untuk nyari tau dia nginep di hotel mana karena saya pengen banget ketemu, namun hasilnya nihil. Mungkin Tuhan juga bilang, “Ntar aja ketemu langsung.” Dan bener aja kan, ketika Sheringham ke Indonesia lagi, bukan hanya bertemu, dia juga ngajarin saya main bola. Kami bahkan main bola bareng dan saya dipeluk sama dia!

Jadi, saya nggak lagi sok-sok bijak di sini. Kalo kita punya mimpi, punya kepengenan, tapi belum dikasih jalan, atau di kasus kita, udah dikasih jalan, tujuan udah di depan mata, tapi ternyata dalam kejapan mata semua harapan yang dibangun runtuh, prasangka baiklah selalu. Mungkin kita sedang dipersiapkan untuk hal yang serupa, namun lebih baik. Mungkin kita sedang dipersiapkan untuk hal yang berbeda, yang sama baiknya.

Seperti yang selalu saya katakan, “Peluk terus mimpimu.”

Believe.

Semoga suatu saat Indonesia bisa kembali dipercaya untuk menjamu tamu-tamu sepakbola internasional dalam skala dunia!

4 thoughts on “Indonesia Batal Jadi Tuan Rumah FIFA U-20 World Cup 2023!

  1. Put

    Jadi kalo event ini pindah ke negara lain, yang ikut interview kemarin gimana?
    Harus ikut interview lagi kah kalau masih ingin jadi volunteer?

  2. Mitaaaaaa. Tadi liat info di igs temen soal batalnya Indonesia jd tuan rumah PD U20. Langsung aku keinget Mita dan lari ke IGS lalu berakhir disini. Hiks. Sedih. Tp bener kata Mita, Tuhan tau yg terbaik. ❤️❤️

  3. Mbak kamu keren bangett asli, salut banget 🫡

    Turut bersedih juga indonesia gagal jadi tuan rumah U-20, bismillah gapapa. InsyaAllah Allah akan gantikan rejeki yg jauh lebih baik lagi. Aamiin 😇

Leave a comment