Tadi saya tidur siang. Dan masuk ke dalam mimpi yang menegangkan. Ceritanya saya lagi asik berenang, lalu tiba-tiba sekumpulan orang datang menembakkan peluru ke arah kami yang ada di kolam. Saya menyelam, dan lucunya saya bisa bernapas dalam air. Maka saya pun membatin, “Ini pasti mimpi.”
Serbaneka
Terima Kasih
Standard
-
kontemplasi/kon·tem·pla·si/ /kontémplasi/ n renungan dan sebagainya dengan kebulatan pikiran atau perhatian penuh;
-
berkontemplasi/ber·kon·tem·pla·si/ v merenung dan berpikir dengan sepenuh perhatian
(Kamus Besar Bahasa Indonesia)
Dear Penguasa Langit,
Terima kasih atas hujan pagi ini, yang mengguyur Jakarta tepat setelah saya tiba di kantor, yang rintik-rintiknya menempa jendela kaca, berlatar langit kelabu dan sedikit kilat serta angin menderu. Terima kasih untuk kesunyian ini, yang memekakkan dan membuka waktu bagi saya untuk duduk dalam kontemplasi.
Ide Kreatif Pesta Nikah di Rumah
StandardPesta pernikahan sederhana yang dilaksanakan di rumah bisa banget dibikin menarik. Selain lebih ramah kantong, pastinya meninggalkan kesan unik. Seperti acara Farre-Farah tadi siang. Berlokasi di kediaman mempelai wanita, ada beberapa hal seru yang saya temukan.
1. Tidak Melulu Tentang Janur
Ternyata papan tulis kapur terlihat begitu unyu sebagai penyambut tamu. Bahkan bisa juga jadi daftar menu ala ala kafe. Berhubung tema yang diusung adalah hitam putih, maka janur pun dirasa kurang cucok karena warnanya yang kuning. Se-simple ituh.
Mike Said
StandardShe’s a demon, Mita. Same as a spirit demon. She can only hurt you if you let her into your life. There’s really no other option. If you can ignore her, then you win. If you pay attention to a single thing she does, you will always lose.
Dear Mike, this is why I love you! You’re always all ears and your logic helps me get through fucked up things.
So… YOU, yes YOU. My secret admirer. My stalker.
Here’s a piece of my mind.
Jangan Marah
StandardHembusan kipas angin menerpa wajah saya yang basah. Saya melamun dalam penyesalan. Menyesal karena tidak bisa menahan amarah, yang akhirnya berujung pada perdebatan tak bermakna. Hanya sekadar buang-buang tenaga. Lawan bicaranya orang gila pula!
Sulwhasoo: Terlihat Beda Tanpa Usaha
StandardBerawal dari kenal Pao Pao-nya LastDay Production di acara AirAsia bulan Juli lalu, banyak murid lelaki dan perempuan nanya: “Pao Pao aslinya emang beneran cakep nggak sih?” Saya pun menjawab sotoy, “Iya! Emang cakep. Dia kayaknya nggak pernah pake make up juga.”
Merindu
StandardBeberapa waktu lalu, selagi makan malem bareng duo sobat saya Chris dan Mike, mendadak kami mulai berpikir-pikir bahwa menjadi dewasa itu nggak asik. Terlalu banyak tanggung jawab, urusan dan bikin ruang gerak kita untuk bersenang-senang terbatas.
Contohnya nih, si Mike pengen banget selesaiin main Metal Gear Solid V, game PlayStation yang kalo kata dia ditujukan buat orang yang kehidupannya cuma di depan monitor, secara itu game emang penuh lika-liku. Tapi Mike kudu kerja, ngatur jadwal dan ngadepin komplain; berangkat jam 11 siang pulang jam 9 malam. Jadi kemajuan dia main game tersendat. Dia kesel. Dia kangen jaman dulu waktu hidup nggak serumit sekarang.
Ragam Kutipan
StandardTiap hari, begitu banyak status terpampang, mengungkapkan perasaan dan kisah si empunya status. Saya suka mempelajari apa yang teman-teman Facebook saya tulis. Lewat status yang begitu sederhana, terselip pesan dan wejangan, yang membuat saya berpikir, merasa ikut dinasehati, mendapat ilmu yang bisa diterapkan untuk terus belajar jadi bijaksana. Karena hidup sebagai manusia itu rumit…
De’ Tjantiek: Asiknya Lulur di Rumah
StandardSaya bukan tipe wanita yang hobi menghabiskan waktu di salon. 4 tahun lalu adalah terakhir kalinya saya nyalon seharian. Yah… Sekedar ritual sebelum nikah. Kalo untuk sekedar pijat dan lulur semata, saya lumayan suka. Tapi sayang saya pemalas. Membayangkan harus nunggu antrian, lepas baju, dipijat dilulur di tempat tidur yang mungkin kurang nyaman, bilas, ganti baju, kembali ke rumah… Aduh ribet banget.
Continue reading
Sepenggal Cerita Papa
StandardWaktu makan malam tadi, ada yang beda di jemari Papa. Dari sekian banyak cincin batu yang suka gonta-ganti dipakainya, hari ini beliau memakai cincin bermata putih, nggak cantik seperti batu kebanyakan.
“Baru ya Pa?” tanya saya.
“Mana? Ini? Wah udah 44 tahun Papa punya,” jawabnya.
“Oh ya?? Batu apa?” Saya terkaget-kaget.
“Bukan batu. Ini gigi gajah.”